Kamis, 20 Februari 2014

Penantian



Mungkin aku hanya cuma bisa menanti tanpa merasakan kehadirannya disini.
Penantian yang cukup lama untuk aku nanti.
Penantian yang tak ku ketahui kapan akan berakhirnya.

Disini aku hanya bisa bersabar untuk mendapati kebahagiaan yang kuingini.
Sesulit inikah untuk mendapatkan itu semua?
Ya, bagiku itu sangat sulit.
Aku rela berkorban hati dan pikiran hanya untuk dirinya.

Dirinya yang selalu mengabaikan kehadiranku.
Dirinya yang tak mengerti dengan keadaanku.
Dirinya yang sangat susah untuk ditebak.
Dirinya yang begitu dingin bila ku menyapanya.
Dirinya yang gak pernah luluh akan sikapku.
Dirinya yang sangat berarti bagi kehidupanku.

Aku memang gak sesempurna wanita yang kau inginkan.
Tapi aku akan mencoba menyempurnakan kebahagiaanmu dengan diriku.

Diriku yang selalu kau sia-siakan.
Diriku yang selalu kau acuhkan.
Diriku yang selalu tak kau pedulikan.
Diriku yang selalu kau buat sedih.
Diriku yang sesalu bertahan walaupun kau sakiti.
Diriku yang tak akan pernah berhenti untuk menyelipkan namamu didalam doaku.

Cerpen "Anak-Anak Berhati Malaikat"




Panas terik matahari  yang membakar kulit di tubuh mungilmu pun kau hiraukan. Baju dan celana yang bernoda kecoklatan yang membungkus tubuhmu pun terlihat lusuh. Sandal yang sudah tak layak dipakai kini malah kau jadikan pelindung telapakmu di panasnya aspal jalanan itu. Ingin sekali aku memanggilmu dan menyuruhmu pulang saja. Tetapi apa dayaku untuk menyuruhmu seperti itu? sedangkan aku saja tak tahu akan tinggal dimana sekarang. Ya nasibku emang tak baik hari ini. Setelah bebarapa menit aku sampai di sebuah stasiun kereta api di salah satu kota yang mau aku tumpangi untuk mengadu nasib, semua barang-barang berhargaku dijambret dan sialnya penjambret itupun tak terkejarkan oleh orang –orang sekitar. Kini aku hanya membawa diri dan pakaian yang melekat di tubuh kurus ku ini. 

Kesunyian Yang Damai



Sunyi itu temanku sehari-hari.
Di kesunyian ini aku memahami arti kedamaian.
Sunyi tak berarti kesepian.
Sunyi merupakan suatu tempat yang disana Cuma ada 1 atau 2 orang saja.
Aku suka kesunyian, karena menurutku itu suasana yang sangat nyaman, damai & tentram.
Setiap malam aku mencurahkan isi hatiku di kesunyian ini.
 Setiap malam aku sediit menumpahkan air mataku di kesunyian ini.
 Sampai kapankah kesunyian ini akan berakhir?
Jangan!
Jangan sampai kesunyian ini berakhir!
Karena dengan kesunyian inilah aku bisa meluapkan isi hatiku yang aku pendam dalam hati, tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Allah dan Malaikatnya.

Cinta Apa Adanya Bukan Ada Apanya



Gak semua cowok yang bisa nerima kekurangan ceweknya.
Ada cowok yang gak mau lihat ceweknya kebanyakan makan karena takut ceweknya gemuk
Dan ada juga cowok yang membiarkan ceweknya makan sesuka hatinya karena dia memang benar-benar mau menerima apa adanya cewek itu tanpa takut kalau cewek itu nantinya gemuk.
Aku salut kalau ada cowok yang menerima apa adanya seperti itu.
Jarang sekarang cowok kayak gitu, bahkan mungkin Cuma 1 atau 2 orang saja.
Soalnya sekarang ini hamper semua cowok yang aku lihat mencari cewek modal penampilan.
Mereka hanya melihat cewek dari fisiknya doang.
Kalau kira-kira cewek itu sexy, langsing, putih, mulus ya dijadikan terus.

Cerpen "Cinta Tidak Memandang Usia"



Saat itu aku sedang menghadiri pesta ulang tahun teman SMP ku. Disana banyak banget teman-teman sewaktu SMP ku yang datang. Kita saling melampiaskan rasa rindu yang telah 3 tahun tak pernah ketemu. Kulihat wajah-wajah mereka pun telah banyak perubahan, makin cantik dan ganteng gitu deh.
“Eh, Chika?’’, sapa seorang cowok yang wajahnya tak asing lagi bagiku.
“Eh Dimas, apa kabar mas?’’, tanyaku.
“Baik Chik, tambah cantik aja ya sekarang’’, pujinya.
“Lho, bukannya dari dulu aku emang cantik?’’, candaku.
“Iya sih, tapi lebih cantikkan yang sekarang. Oiya, ini Andre Chik, kamu kenal kan?’’

Cerpen "Kesetiaan si Mantan Pacar"



Perkenalkan, namaku Viona, umur ku mau beranjak 17 tahun. Aku terlahir di dalam keluarga yang cukup kaya dan terpandang, sehingga orang tuaku disegani hampir semua orang. Menurutku materi itu gak penting karena yang terpenting bagiku aku punya keluarga yang sangat super perhatian dan menyayangiku. Papa seorang manager di perusahaan advertising, sedangkan mama bekerja sebagai designer sekaligus pemilik butik yang terletak di tengah pusat kota Bandung. Meskipun kehidupan aku begitu, tetapi aku gak pernah sombong kok, toh aku bisa punya banyak teman yang sayang sama aku. Aku bungsu dari 2 bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak cowok yang sangat menyayangiku & selalu membantu aku kalau aku lagi ada masalah.

Cerpen "Kado Anniversary"



Di ujung pintu gerbang sekolah tampak sebuah mobil berwarna merah yang melaju kencang & di dalamnya tampak seorang cowok tinggi, putih, ganteng & keren, sebut saja namanya Kevin.dia berlari-lari karena dia sadar bahwa dia sudah telat. Sesampai di depan kelas, bu Sherly sedang menjelaskan pelajaran matematika.
“Pagi bu, ma’af saya telat”, kata Kevin.
“Kenapa kamu telat Vin?”, tanya bu Sherly.
“Saya kesiangan bu, soalnya keluarga saya lagi keluar kota dan dirumah gak ada orang dan gak ada yang bangunin saya bu”, jawabnya Kevin menjelaskan.
“Kevin.. Kevin.. (sambil tertawa kecil) baiklah sekarang kamu boleh duduk”.
Kevin pun duduk di bangkunya. Kebetulan Widy (pacar Kevin) duduk tepat di depannya.
“Hey kok telat sih? Tadi malam kan gue udah ngingetin lo supaya nyetel alarm & pagi tadi gue juga udah nelfon-nelfon lo tapi gak lo angkat”, tanya Widy pelan.
“Upss… sorry sayang, tadi malam gue udah ngantuk banget gara-gara kecapekan nyiptain lagu buat lo, jadinya gak teringat lagi buat nyetel alarm, sorry banget ya sayang”.

Cerpen "Terima Cinta Apa Adanya"



“Kalau sudah capek, istirahat saja mbak”, kata seorang cowok disampingku.
“Nggak ah, saya masih kuat kok”, jawabku.
“Tapi mbak kelihatan pucat”, kata cowok itu lagi.
“Sudah, tidak usah perdulikan saya, kamu lari saja sana”.
“Yasudah deh”.
Tiba-tiba aku pun jatuh pingsan di pinggir lapangan yang dipakai buat jogging tersebut.
“Mbak, mbak? bangun mbak!”.
Akupun tersadar dari pingsanku dan saat itu aku tidak ingat lagi apa yanf sebelumnya terjadi padaku sehingga aku bisa pingsan.
“Kamu siapa? Saya ada dimana? Kamu jangan macam-macam sama saya!”, bentakku ke cowok yang kelihatannya tidak asing lagi bagiku.
“Aku Fikri, kamu sekarang ada dirumahku, aku gak macam-macam sama kamu, sumpah! Aku Cuma nolongi kamu aja”, kata cowok itu meyakinkanku.
“Emang aku kenapa? Dan kenapa aku bisa disini? Aduh, kepalaku sakit sekali”, tanyaku sambil menahan rasa sakit di kepalaku.
“Tadi kamu pingsan waktu jogging. Bentar ya aku telfon dokter dulu buat meriksa kamu”.
“Eh gak usah, sakitnya udah hilang kok”, kataku bohong karena aku paling takut disuntik.
“Eh kamu sudah sadar?”, kata seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke kamar itu.
“Kenalin, ini mamaku”, kata Fikri.
“Alin tante”, kataku sambil menyalami tangannya.
”Panggil aja tante Indri”, ujarnya padaku. “Fikri, kamu telfon Dr. Irgi suruh kemari untuk meriksa keadaan Alin”.
“Aduh tante gak usah, Alin udah baikkan kok”, kataku bohong lagi.
“Tapi wajah kamu oucat sekali”, kata tante Indri khawatir.
“Enggak kok tante, istirahat sebentar juga udah hilang kok pucatnya”.
“Yasudah, rumah kamu dimana? Biar Fikri yang mengantar kamu plang, karena tante khawatir keluarga kamu sibuk nyarikin kamu”.
“Di Jl. Asri tante”, jawabku.
“Fikri, kamu antar Alin pulang ya!”.
“Iya ma, ayo Lin”, ajak Fikri sambil membantuku bangkit dari tempat tidur di sebuah kamar yang cukup besar dan sangat nyaman itu.
Setelah sampai dihalaman rumah Fikri, Fikripun membantuku lagi masuk kedalam mobilnya dan akupun berpamitan pulang pada tante Indri.
“Makasih ya udah nolongi aku, aku gak tau kalau tidak ada kamu mungkin aku ntah udah dimana”.
“Sama-sama Lin”, jawab Fikri sambil menyetir mobilnya. “Oiya, kamu kenapa kok semangat amat larinya? Sampai-samapai wajah kamu pucat, kamu tidak mau istirahat”.
“Hem”, jawabku bingung.
“Yasudah, kalu tidak mau cerita juga gak papa kok”.
“Aku malu cerita ke kamu”.
“Malu? Kenapa harus malu? Udah tenang aja aku gak bakalan ledekin kamu kok”.
“Janji?”.
“Janji!”.
“Jadi gini, saat ini aku pengen balikan sama mantan aku. Dan kemaren aku bilang ke dia kalau aku masih sayang sama dia. Dan dia pun bilang kalau dia masih sayang juga sama aku. Lalu lama-kelamaan sms’an, dia malah ngajak aku jogging. Katanya biar lemak di badan aku hilang. Yaudah aku jigging aja, walaupun aku gak kuat untuk lari”.
“Sampai segitunya Lin?”.
“Tuh kan kamu ngeledek”.
“Enggak loo, aku gak ngeledek. Tapi aku heran aja lihat kamu. kamu seharusnya sadar Lin, dia itu gak nerima kamu apa adanya”.
“Maksudnya?”
“Masa kamu gak ngerti. Seharusnya ya kalau dia sayang sama kamu, dia pasti nerima keadaan kamu yang sekarang. Bukan malah nyuruh kamu untuk diet segala. Lagian kamu juga gak terlalu gendut kok”.
“Ya mungkin dia malu Fik jalan sama aku”.
“Nah, itu dia. Berarti dia gak benar-benar sayang sama kamu”.
“Jadi aku harus gimana?”.
“Ya terserah kamu mau gimana. Yang oasti aku udah ingatin kamu”.
Saat itupun kami terdiam, sampai akhirnya aku menyuruh Fikri berhenti tepat di depan rumahku.
“Makasih banyak Fik. Baru kali ini aku ketemu cowok sebaik kamu”.
“Haha lebay kamu Lin. Yasudah sana cepetan masuk terus langsung istirahat”.
“Iya Fik, kamu hati-hati ya”.
Akupun turun dari mobil Fikri dan kemudian mobil Fikri berlalu dari hadapanku. Saat itu kepalaku sangat pusing dan perutku sangat sakit.
“Aduh, sakit sekali perutku”, batinku dalam hati.
“Alin, dari mana saja kamu?”, tanya mama tiba-tiba.
“Hmm hmm dari rumah teman ma”.
“Kenapa kamu gak bilang sayang? Mama khawatir sama kamu. tadi mama nelfoni kamu berkali-kali tetapi tidak kamu angkat”.
“Maaf ma, BB nya Alin silent”.
“Kamu kok kelihatan lesu dan pucat sayang? Kamu sakit?”, tanya mama yang semakin khawatir.
“Enggak kok ma, mungkin karena kecapekan aja. Ma, Alin ke kamar dulu ya”.
“Iya sayang, kamu jangan tidur lama-lama ya, ingat besok sekolah”.
“Iya ma”, teriakku dari dalam kamar.
Sampai dikamar.
“Astaga! BB ku mana? Kok agak ada? Apa jangan-jangan ketinggalan di rumah Fikri?”, kataku sambil merogoh-rogoh kantong celana jeansku.
Ketika Fikri sampai dirumahnya, mamanya pun langsung menemuinya.
“Gimana Fik? Apa Alin sudah kamu antar sampai dirumahnya?”
“Udah kok ma”.
“Ini mama nemui BB dikamar tamu, mungkin BB nya Alin. Nah, kamu simpan saja dan besok balikin ke Alin”, kata tante Indri sambil menyodorkan BB ke Fikri.
“Oh iya ma, besok sepulang sekolah Fikri kerumah Alin buat ngembaliin BB nya. Hem, Fikri ke kamar dulu ya ma”.
Di kamar Fikri.
“Ternyata Alin cantik juga ya”, kata Fikri tersenyum sambil melihat foto Alin yang menjadi wallpaper BB nya Alin.
Karena penasaran dengan isi BB itu, Fikripun melihat koleksi fotonya Alin bersama teman-temannya. Sampai akhirnya Fikri melihat catatan yang ada di aplikasi memonya Alin.
“Banyak banget memonya Alin”, batin Fikri.
Dia pun semakin penasaran dengan isi-isi memo itu. dan akhirnya dia membaca salah satu memo yang membuat hatinya luluh.
Isi memonya :
                                                                              22-03-2013
Ya Allah aku pengen sekali punya pacar yang menyayangi aku, yang mau nerima aku apa adanya. Aku iri melihat teman-temanku foto berdua sama pacarnya, makan bareng sama pacarnya, dijemput sama pacranya waktu pulang sekolah. Aku pengen seperti itu ya Allah. Tapi aku sadar, mana mungkin ada yang mau sama cewek seperti aku ini. Dari segi fisik, fisikku gak cantik. Dari segi gaya, gayaku biasa aja gak modern seperti cewek-cewek zaman sekarang, dari segi pergaulan, aku gak punya banyak teman. Mana mungkin ada yang mau samaku. Seandainya saja aku bisa punya pacar yang baik, ganteng, dan bisa jagain aku, pasti aku gak akan melepas dia. Aku akan setia sama dia sampai maut yang memisahkan. Semoga saja apa yang aku ingini selama ini terkabuli, amin !
Fikripun terharu membaca memo itu.
Keesokan harinya.
“Alin?”, sapa cowok yang familiar bagiku.
“Fikri? Kamu ngaoain disini?”, tanyaku heran?
“Aku kesini mau jemput kamu sekalian mau balikin BB kamu. ini, udah aku cas, jadi battery nya udah full”.
“Makasih ya Fik. Tapi dari mana kamu tahu aku sekolah disini?”, akupun semakin heran.
“Kemaren aku iseng lihatin foto-foto kamu. terus aku lhat ada foto symbol sekolah gitu dan aku yakin itu pasti nama sekolah kamu. tapi maaf ya Lin, aku udah lancing buka-buka BB kamu”, katanya dengan nada menyesal.
“Aduh gak papa kok Fik. Malah aku mau bilang makasih banget. Mungkin kamu muak dengan kata makasih aku. Tapi Cuma itu yang bisa aku bilang ke kamu. aku jadi merasa gak enak sama kamu, karena aku udah banyak ngerepotin kamu”.
“Biasa aja Lin, aku gak merasa direpotin kok”.
“Oh iya, tadi kamu bilang kamu mau jemput aku? Hmm, sorry ya Fik bukannya aku gak mau, tapi aku udah janjian sama teman-temanku untuk makan siang”, kataku sambil menunjuk teman-temanku.
“Emang kalian naik apa?”, tanya Fikri.
“Angkot! mau naik taxi uang tidak mencukupi Fik hehe”, kataku bercanda.
“Yaudah, ikut sama aku aja yuk. Kebetulan aku juga lapar banget ini”, ujar Fikri.
Akhirnya aku dan teman-temanku pun masuk kedalam mobilnya Fikri. Di perjalanan, aku mengenali 3 orang teman-teman dekatku ke Fikri, yaitu Ayu, Sely dan Sisy. Ternyata Fikri type cowok yang cepat
akrab, belum sampai tujuan saja dia udah tertawa lepas dengan kekonyolan yang dibuatnya dengan teman-temanku.
“Sampai deh”, kata Fikri sambil memarkirkan mobilnya di depan restaurant.
“Gila ya Fik, kamu ngajak kita kemari? Mau bayar pakai apa? Daun?”, kataku.
“Lho, emang kalian mau makan dimana tadi?”.
“Ya makan ditempat sewajarnya ajalah Fik”, kata Ayu.
“Emang tempat ini gak wajar ya?”, tanya Fikri bingung.
“Mungkin bagi kamu wajar, tapi bagi kami?”, ujar Sisy.
“Udah ah, ayo masuk aja!”.
“Kamu mau kita nyuci piring di dalam?”, tanya Sely ke Fikri.
“Udah jangan banyak tanya, ayo masuk!”.
Fikri memaksa kami untuk masuk kedalam restaurant mewah itu. akhirnya sampai didalam kami dipersilahkan duduk oleh pelayan disana. Fikripun memesan makanan dan kami juga disuruh Fikri memesan makanan juga.
“Ayo kalian pesan  aja apa yang kalian suka”, kata Fikri enteng.
“Kamu aja deh yang mesanin, kan kamu yang bayar”, ujarku.
“Lho, kok jadi aku? Ya kalian dong yang mesan, kan kalian juga mau makan”.
“Udah kamu aja Fik”, Sely pun ikut bicara.
“Hmm yaudah deh”, katanya sambil menaikkan bahu. “Nasi goring special sama lemon tea nya 5 porsi ya mbak”, kata Fikri ke pelayan itu.
Pelayan itu poun dengan ramah menulis pesanan kami.
“Fik, kamu gak nyesal kan ajak kita kemari?”, kata Sisy.
“Ya enggaklah, malah aku senang bisa ajak kalian kemari. Anggap saja ini salam pertemanan kita, karena kalian udah bikin aku tertawa lepas di perjalanan tadi”, kata Fikri girang.
***
“Hallo Lin, mala mini bisa keluar?”, tanya Fikri dari telfon.
“Bisa sih, emang kenapa Fik?”, tanyaku penasaran.
“Yaudah kamu siap-siap aja ya, aku lagi on the way kerumah kamu ini”.
Tut tut tut, belum sempat aku bilang iya atau tidak, telfonnya langsung ditutup Fikri.
“Hallo Lin, keluar dong aku udah di depan rumah kamu ini”, kata Fikri melalui telfon.
Akupun langsung keluar dan pamitan ke mama untuk pergi. Tumben banget mama ngizinin aku pergi malam-malam gini. Tapi dengan satu syarat kalau pulangnya jangan kemalaman.
“Malam Alin”, sapa Fikri ketika aku masuk ke mobilnya.
“Mau kemana sih Fik ngajak aku keluar malam-malam gini?”, tanyaku penasaran tanpa menjawab sapaan Fikri tadi.
“Dinner”, jawabnya singkat sambil tersenyum.
‘What? Dinner?”,
“Kenapa kaget gitu Lin?”
“Gakpapa. Tapi kenapa kamu gak bilang tadi kalau mau ngajak aku dinner. Kalau kamu bilang kan, aku gak bakalan pakai kaos sama celana pendek gini”.
“Emang kenapa kalau kamu pakai kaos sama celana pendek? Gak masalah kok buat aku. Tetap cantik juga dimataku”.
“Haduh Fikri serius deh, jangan bercanda ah, gak lucu tau!”, kataku sok ngambek.
“Gak usah ngambek gitu, jelek!”, ledeknya. “Oh iya mama kamu cantik ya terus baik lagi, sama seperti anaknya”.
“Kamu tahu mama aku?”, tanyaku kaget.
“Ya tau dong”.
“Dari mana kamu tahu?”, tanyaku semakin penasaran.
“Tadi aku ngetuk pintu rumah kamu, eh ternyata mama kamu yang keluar. Yaudah aku langsung minta izin aja sama mama kamu mau ngajak kamu keluar”.
“Pantesan mama kok tumben-tumbenan bolehin aku keluar malam-malam gini”.
“Namanya orang ganteng yang minta izin, ya jelas diizinin lah”.
Akupun tak menghiraukan pujian Fikri terhadap dirinya. Yang pasti mala mini aku super duper seneng banget. Baru kali ini ada cowok yang tiba-tiba nelfon aku terus ngajakin dinner. Aduh aduh merasa seperti memerankan ftv.
“Heh! Jangan melamun, nanti kesambet baru tau rasa”, kata Fikri mengagetkanku.
“Eh, enggak kok, siapa yang melamun?”, ujarku tersentak.
“Ayo turun, kita udah sampai”.
“Yang benar aja Fik, lagi-lagi kam ajak aku ke tempat kayak gini. Apa kamu gak malu bawa aku ke tempat mewah gini?”, tanyaku sambil menunjuk restaurant yang sama sekali belum pernah aku kunjungi.
“Kenapa harus malu? Ayo ayo turun! Jangan banyak oceh”.
Kamipun turun dari mobil dan dengan rasa ragu aku memasuki restaurant yang menurutku tergolong mewah ini. Ternyata yang aku takuti pun terjadi. Orang-orang yang berada disana semuanya melihatku. Serasa jadi ratu sejagat semalam. Tapi nyatanya aku seperti babu yang dibawa oleh anak majikannya untuk membantu dia memesan makanan.
“Ayo sini duduk!”, perintah Fikri sambil menarik kursi untukku.
“Makasih Fik”, ucapku pelan.

Gak ada 1 menit, makanan pun mulai datang ke meja kami.
“Lho! Kok cepat amat datangnya, padahalkan kita belum ada pesan?”, tanyaku heran.
“Udah dimakan aja dulu, aku yakin pasti kamu suka kan?”.
“Dari mana kamu tahu aku suka makanan ini?”, tanyaku sambil menunjuk seafood yang terletak diatas meja nomor 8 itu tetapi Fikri tak menjawabnya.
Aku merasa malam itu aneh banget. Apa yang aku inginkan dan semua yang aku suka ada dimalam itu. Dari mulai ingin dinner sama cowok, makanan seafood, minuman yang berbaur dengan moccacino dan terakhir menempati meja nomor 8 yang merupakan angka favoritku.
“Fik, kamu yakin gak malu ngajak aku kemari? Lihat deh di sekeliling, mereka pada lihatin kita”.
“Cuek aja Lin, lagian kenapa aku musti malu coba? Aku malah bangga bisa ngajak kamu kemari. Gak seperti mereka yang berpenampilan mewah dan glamour karena hanya mau dilihat sempurna sama pacarnya”.
Jawaban Fikri barusan setidaknya buat aku lega dan tidak risih lagi berada di tempat mewah itu.
“Fik, jawab pertanyaanku yang tadi. Kamu tau dari mana aku suka makan seafood?”, tanyaku di sela kami menyantap makanan.
“Feeling aja, eh ternyata benar kamu suka seafood. Berarti tebakanku gak meleset”, jawabnya girang.
“Aneh ya?”
“Ha? Aneh kenapa Lin?”
“Aneh aja bisa kebetulan gini”.
“Jodoh kai Lin”.
“Ha?”, akupun tersedak mendengar perkataan Fikri barusan.
“Aduh Lin, ini minum cepat!”, perintah Fikri sambil menyodorkan moccacino dingin.
Sampai dirumah.
“Hallo, thank’s for this night Fik, aku senang bisa diajak dinner sama kamu”, kataku melalui telfon.
“Iya Lin sama-sama, aku juga senang bisa dinner sama kamu. kamu asyik banget anaknya”.
“Ah kamu bisa aja. Yaudah ya Fik aku istirahat dulu. Kamu juga istirahat sana”.
‘Oke, have a nice dream Alin”.
Tak beberapa lama kemudian, mantanku yang ngajak jogging itu sms.
0878xxx
“Alin?”
0831xxx
“Iya?”
0878xxx
“Lagi apa? Sombong banget”
0831xxx
“Lagi mau tidur. udah ya aku tidur dulu”.
0878xxx
“Lho, kok cepat banget tidurnya? Biasanya juga begadang”
Akupun gak membalas sms itu lagi. Merasa ilfil juga karena teringat omongan Fikri tentang mantanku ini. Emang sih ada benarnya apa yang dibilang Fikri waktu itu. Kalau mantanku itu gak nerima keadaanku sekarang ini.
***
“Alin?”, terdengar suara cowok yang memanggilku dari arah samping.
“Dimas?”, kataku heran.
Dimas adalah mantanku yang buat aku jadi pingsan waktu itu.
“Kamu sama siapa disini?”, tanyanya.
“Sama dia”, aku menunjuk Fikri yang berada di sampingku.
“Ohh, aku kesana dulu ya Lin”, pamitnya.
“Oke”, kataku dengan senyum penuh kemenangan karena aku telah buat dia kalah setelah melihat Fikri yang jauh lebih keren dari dia.
Saat itu kami lagi berada di acara ulang tahun Sisy. Kebetulan Dimas juga temannya Sisy.
“Siapa Lin?”, tanya Fikri ingin tau.
“Dia mantan yang aku certain ke kamu Fik”, jawabku.
“Ohh jadi dia mantan kamu yang sok perfect itu Lin?”, tanya Fikri sinis.
Aku gak tau kenapa Fikri nanyak dengan nada sinis seperti itu. Aku merasa kalau Fikri gak suka lihat Dimas barusan.
***
“Gaya alay dong Lin, gue pengen lihat”, kata Fikri disaat kami foto-foto di taman komplek rumahnya.
“Ah masa alay? Yang kerenan dikit dong!”.
“Kalo emang dasarnya yang difoto gak keren, ya hasilnya pun juga gak bakalan keren Lin”, ledeknya.
“Biarin aja”, balasku.
“Yaudah jangan manyun gitu dong. 1… 2… 3…”, terdengar suara bidikan kamera dari tabletnya Fikri.
“Nah gini kan keren”, ujarku.
“Aku yang keren, kamu enggak!”, ledeknya lagi.
“Ihh Fikri, hobi banget sih ngeledek”, kataku kesal.
“Habisnya lucu kalau lihat kamu ngambek. Tuh tuh jadi jelek gitu kan mukanya”, ledeknya sambil menunjuk-nunjuk mukaku.
Akupun memukul lengannya.
“Lin, aku mau ngomong serius sama kamu”.
“Ya ngomong aja”, jawabku enteng.
“Ini soal perasaan. Aku sayang sama kamu Lin”.
Akupun terkejut mendengar perkataan Fikri barusan dan aku langsung menatap tajam mata Fikri.
“Aku merasa nyaman dengan kamu”, sambungnya lagi.
“Fik, aku juga sayang sama kamu”.
“Beneran Lin?”, tanyanya tak percaya.
“Iya Fik, aku merasa kamu itu malaikat aku. Apa yang aku ingini selama ini semuanya dikabuli oleh Tuhan melalui kamu”.
“Maksudnya Lin?”, tanyanya tak mengerti.
“Selama ini aku pengen banget dijemput sama cowok ketika pulang sekolah, diajak dinner, dan foto berdua sama cowok. Dan semua itu aku dapati di kamu”.
Fikri hanya tersenyum manis menatapku.
“Lin, kita jadian yuk!”.
“Ha?”, tanyaku menaikkan alis.
“Maukan jadian samaku?”
“Aku heran sama kamu, kenapa coba kamu bisa suka sama aku? Aku Cuma cewek biasa dan aku gak cocok sama kamu karena aku bukan type kamu”.
“Alin, aku suka sama cewek itu gak lihat dari luarnya aja tapi aku juga lihat hatinya. Dan aku sangat nyaman kalau lagi sama kamu. itu yang buat aku jadi suka sama kamu. kamu itu istinewa di mataku”, kata Fikri meyakinkanku.
Aku terharu mendengarnya dan aku langsung memeluknya sambil mengeluarkan air mata bahagia.
“Kamu tau Fik? Aku nyesal ketemu kamu”.
“Lho, kenapa gitu?”, tanya Fikri heran sambil melepas pelukanku.
“Aku nyesal ketemu kamu sekarang, kenapa gak dari dulu aku ketemu sama kamu”.
“Alin.. Alin.. bisa aja ya”, Fikripun tertawa. “Oiya, jawab ajakan ku tadi! Kita jadian yuk!”.
“Ayo!”.
Hari itu merupakan hari milik kami berdua. Aku sangat senang, ternyata masih ada cowok yang mau nerima cewek apa adanya. Selama ini aku selalu berfikiran negatif menilai cowok. Tapi penilaian negatif itu telah terjawab dengan keadaan malaikatku yaitu Fikri yang akan mewarnai har-hariku sekarang dan nanti.

Aku Bertahan Disini

Aku bertahan disini untuk menunggumu
gak ada satupun orang yang mengerti dengan perasaanku saat ini
bahkan disaat aku sakit seperti ini pun gak ada yang memperdulikan aku
aku sadar, aku hanyalah seorang cewek biasa yang gak akan pernah bisa mendapatkan  orang-orang yang sesuai dengan keinginanku
aku sadar, aku hanya seorang cewek biasa yang gak akan bisa mendapatkan sosok cowok yang sempurna
dan aku sadar, aku hanya seorang cewek yang mempunyai khayalan tingkat tinggi yang mungkin gak akan bisa tercapai

 

Aku sedih
aku rapuh
aku terpuruk
didalam kegelapan gak ada yang bisa kuandalkan
ketika aku sedih dan aku terbangun
gak ada orang di sekelilingku
padahal aku ingin memeluk dan ingin dipeluk
aku ingin merasakan kehangatan untuk sekali saja
aku pengen merasakan kebahagiaan walaupun aku gak pantas untuk merasakannya

Bodohkah Aku Yang Mengharapkanmu?



“Ketika aku berjanji pada diriku sendiri untuk gak akan mengingatmu lagi, tetapi aku mengingkarinya”, itu merupakan dosa yang paling sering aku perbuat. Ya memang aku akui kalau aku gak bisa begitu saja melupakan orang yang paling aku cintai. Selama dua tahun aku mengharapkan dia, tetapi selama dua tahun juga aku disia-siainya. Sedih, kecewa, kesal sudah pasti aku rasakan dihatiku. Tapi selama aku masih bisa bernafas, aku gak akan pernah melupakannya. Begitu tulus kasih yang aku berikan untuknya, tapi entah apa balasan yang aku dapat. Aku tahu apa yang aku lakukan selama ini itu sia-sia, dari mulai meng sms-nya setiap hari, mengisikan dia pulsa karena aku berfikir dia gak ada pulsa buat balas sms ku,perhatian dengan dia, mengatakan “selamat pagi semoga hari ini jauh lebih baik dari hari kemarin”, “selamat malam, mimpi indah ya”, aku mengatakan itu lewat kata-kata yang aku ketik dari hp ku, dan aku mendapatkan balasan yang gak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Aku begitu bodoh, entah kenapa aku jadi seperti ini, bertahan dengan orang yang sama sekali gak pernah menggapku. Aku ingin dia menyadari apa yang aku lakukan dengan dia selama ini, tapi apakah mungkin? Semoga saja Tuhan memberi jawaban tentang apa yang aku pertanyakan barusan. 

Senin, 10 Februari 2014

Cerita Masa SD Ku :')

Sakit hati atau patah hati itu rasanya nyiksa bathin banget. Sumpah deh! Terkadang aku ingin seperti anak kecil lagi. Kayaknya bukan aku aja deh, kamu kamu yang lagi baca postingan yang gak penting ini pasti menginginkannya juga, yakan? Jadi anak kecil itu enak, gak pernah merasakan sakit hati yang mendalam, yang dirasakan cuma kasih sayang dari orang-orang disekitarnya. Aku ingat waktu pertama kali aku masuk SD impres di kotaku. Baru pertama kali masuk sekolah eh udah ada yang berani nyubitin pipiku. Katanya sih mereka geram sama pipiku gara-gara kayak bakpao. "Hey pipi!

Alasan Masih Jomblo

Kalian jomblo ? Sama ! Aku juga jomblo. Ingat ! Jomblo itu bukan berarti gak laku. Jomblo juga bukan kutukan. Mengapa dizaman seperti ini marak sekali yang namanya jomblo ? Jawabannya : karena saat ini orang sangat berhati-hati sekali untuk memilih pasangannya. Lihatlah ! Apa ada sekarang yg namanya orang baik-baik ? Apa ada sekarang cowok yang masih perjaka ? Dan yang paling sedihnya, apa ada sekarang cewek yang masih perawan ? Kalau menurut aku ada, tapi cuma 45%. Zaman sekarang itu pacaran gak pakai hati lagi tapi pakai nafsu. Itu yang salah cowoknya apa ceweknya ? Ntahlah,

PHP Ngangenin

Hay buat kamu yang entah dimana sekarang, apa kabar? Kuharap sih baik-baik aja. Aku kangen loo sama kamu, kalo kamu kangen gak sama aku? Udah, gak usah dijawab, aku udah tau kok jawabannya, pasti kamu gak bakalan dan gak pernah kangen sama aku, yakan? Walaupun begitu sampai saat ini aku tetap menyimpan rasa kangen ini kok, meski aku jenuh dengan keadaan yang memaksaku untuk seperti ini. Aku sengaja menutup hatiku itu hanya untuk menunggu kamu. Ya! Bodoh emang, karena aku rela menunggu cinta yang tak pernah kunjung tiba menghampiriku. Kalau saja aku tidak menutup hatiku setelah aku bertemu kamu dulu, pasti udah banyak cowok yang pernah singgah di hatiku. Bukannya aku sombong atau sok kecantikan, tapi emang benar kenyataannya gitu. Banyak cowok

Awal Ingin Nge-Blog

Yeyeayeeeeeee akhirnya aku punya blog juga setelah sekian lama aku menunggu untuk kedatanganmuu... Datanglah kedatanganmu kutungguuuu... Loh loh kok jadi dangdutan gini ya? Aneh! Ah syudahlah abaikan. Jadi gini awal cerita aku ingin sekali punya blog itu gara-gara penulis a.k.a sutradara a.k.a aktor a.k.a comic si Raditya Dika. Blog dia itu mempengaruhi pikiranku untuk segera punya blog. Cuma baru sekarang ini terwujud, ya secara jadwalku itu padet banget, syuting dimana-mana, nyanyi dimana-mana, bergentayangan dimana-mana, loh loh ini apaan? Emang aku setan? Enggaklah!