Masih gak habis pikir sama cowok yang suka dugem. Daripada
uang kalian habis untuk hal yang gak jelas gitu, mending ditabung buat masa
depan. Emang sebagian orang menganggap dugem itu hal yang tepat untuk
menghilangkan stress. Iya sih stress hilang, eh malah dosa yang muncul. Beli obat
seharga Rp.300.000 untuk buat tinggi, padahal bentuknya kecil, kan rugi. Coba dengan
uang Rp.300.000 itu dibelikan sesuatu dalam bentuk barang, misalnya sepatu,
baju, celana, jam tangan, atau yang lainnya, kan hasil uang yang dari
Rp.300.000 itu tadi kan kelihatan. Ini udah beli obat, mabuk, ketinggian,
kadang muntah, kepala pusing, kan sayang kan merasa uang itu sia-sia. Ya mungkin
karena kebanyakan duit makanya gitu ya, tapi kan bisa ngelakuin hal yang lebih
positif lagi. Jangan jadikan masa muda kalian hancur dong. Kalian generasi
bangsa. Apa diajarkan orang tua kalian seperti itu? enggak kan? Gak hanya cowok
yang sukanya dugem, bahkan cewek lebih banyak. Hei mbak! Gak malu paha atau
dada digratisisn gitu? Kalau di KFC
Selasa, 16 Desember 2014
Senin, 15 Desember 2014
Perbedaan Kuliah dan SMA
Dulu, waktu
TK pengen cepat-cepat SD. Waktu SD pengen cepat-cepat SMP. Waktu SMP penget
cepat-cepat SMA. Waktu SMA pengen cepat-cepat kuliah agar bisa santai-santai.
Waktu kuliah, pengennya cepat-cepat sarjana atau gak balik ke masa SMA lagi.
Begitu aja terus, sampai ladang gandum dihujani meteor coklat, hingga jadilah coco crunch.
Ternyata
kuliah itu gak sesantai yang kita kira. Kuliah itu capek dek *ngomong sama anak
sekolahan*. Emang waktu buat sehari kuliah itu singkat dibandingkan SMA. Kalau
kuliah masuk pukul 07.30 WIB pulangnya pukul 11.30 WIB, sedangkan SMA masuk pukul 07.15 WIB dan pulangnya pukul
01.45 WIB. Lebih banyak waktu yang dihabiskan di sekolah daripada di kampus. Tapi
lebih capekan di kampus daripada di sekolah dulu. Di kampus, kalau dosen gak
masuk, yaudah biasa aja paling cuma cerita-cerita sama temen yang di sebelah
doang. Tapi, kalau di sekolah, guru gak masuk, aduuhh ampun deh, seketika kelas
menjadi pasar dadakan, ributnya minta ampun, tapi seruuuuuuuuu dan asyiiiiiiiiiik.
Rabu, 10 Desember 2014
Temanku, Tawaku
Banyak yang
berpendapat kalau “gak ada teman, gak mati kok”. Helloooo sekuat apa sih kalian
tanpa adanya teman? Aku heran, kenapa ya ada yang berpendapat seperti itu? aku
rasa sih sifat sosialisasi mereka udah gak ada lagi. Eh aku bilangi ya, punya
banyak teman itu enak, apa lagi kalo yang sifatnya gak betingkah, wuiihh asyik
lah pokoknya. Bicara soal teman, kali ini aku mau menceritakan satu persatu
teman-teman terdekatku di kampus. Ok langsung aja ya guys.
Yang pertama
bernama Mustika Rani Siregar. Panggilannya banyak, kadang Mus, kadang Ika,
kadang Rani, kadang sayang (yang ini khusus buat pacarnya). Kalau aku sih
manggilnya Ika. Menurut aku, Ika baik banget, gak tau sih kalau sama yang lain
gimana, pokoknya kalau sama aku dia baiknya melebihi malaikat *mulai lebay*.
Walaupun badannya kecil, tapi dia manis, ya walaupun mukanya selalu kelihatan
pucat. Gimana gak pucat, tontonannya aja GGS haha. Ika pengen kali gemuk,
bahkan dia sering menanyakan “Ika udah gemuk kan Ntan?”, ya aku sih jawabnya
dengan jujur, aku bilang aja belum. Jadi Ika enaklah pokoknya, walaupun
makannya buanyaaaak, tapi dia gak gemuk-gemuk. “Suatu kenikmatan”, ujarnya.
C I N T A
Yap kali ini
aku akan membahas soal cinta. Cinta itu banyak macamnya, ada cinta terlarang,
cinta terpendam, cinta tak direstui, cinta karena harta, cinta karena nafsu,
cinta laura, cinta anaknya Uya Kuya, dan masih banyak cinta-cinta yang lainnya.
Nah, sekarang yang mau aku bahas adalah cinta terpendam. Mungkin ada banyak
orang yang ada di posisi ini, termasuk aku. memendam cinta itu rasanya gak
enak, sumpah gak enak kali. Rasanya itu seperti makan mie instan tanpa bumbu
yang ada di dalam kemasannya, pedar! Aku memendam cinta sama cowok yang
berinisial “A”. orangnya hitam manis seperti kecap bangau, hidungnya mancung,
gak terlalu tinggi, tapi kalo aku sama dia bersebelahan ya masih tinggian dia,
suka becanda, suka gombal, suka muji, suka bikin kangen :3. Begitulah kira-kira
orangnya, itu masih seberapa belum semuanya, kalau diperjelas tentang orangnya,
ntar ketauan dong kalau aku lagi nyeritain dia, kan aku maluuuuu :$.
Jadi,
awalnya aku kenal dia itu dari mantanku. Waktu aku putus sama si mantan, entah
kenapa dia nyuruh si A buat nge-invite aku. setelah si A nge-invite, gak
beberapa lama kemudian dia PING!!! aku, aku balas chat-nya “Iya, kenapa?”,
“gakpapa”, balasnya. Aku berkata dalam hati “ini orang kenapa?”-__-
Jumat, 19 September 2014
Polisi Ngefvckin!
Jadi gini, kemarin pagi itu aku hampir kena tilang di
simpang mau ke kampusku. Emang sih aku yang salah, karena aku gak punya SIM dan
teman yang aku bonceng pun gak pake helm. Kami disuruh berhenti, kunci motor ditarik, dan disuruh
masuk ke pos polisi yang berada di simpang itu buat di introgasi sama
komandannya. Deg-deg’an pasti iya, yang pertama karena takut di tilang. Abisnya
kalo ditilang itu buat repot, kita harus datang ke pengadilan agar bisa
mengambil sepeda motor yang di tilang. Yang kedua karena takut telat ngampus.
Di pos polisi itu kami di tanya-tanyain, dari mulai tinggal dimana sampai akhirnya
dia nanya nomor hp ku dan temenku. Gila tuh polisi, udah tua masih aja doyan
yang muda’an.
Beginilah percakapan kami dengan polisi itu, oiya nama
temenku itu Putri.
Polisi : siapa yang bawa sepeda motornya tadi?
Aku : saya pak
Polisi : kamu tau salah kamu apa?
Aku : enggak pak, karena yang selalu salah itu lelaki #oke abaikan
Polisi : SIM kamu mana?
Aku : gak ada pak
Polisi : gak punya SIM tapi mengendarai sepeda motor, berani
sekali kamu
Polisi : berapa usia kamu? kenapa gak ada SIM?
Aku : saya belum bisa buat SIM pak, usia saya belum cukup,
saya kan masih muda, gak kayak bapak yang mudanya ketika di foto pake camera
360 #oke lagi lagi abaikan
Polisi : terus, kenapa kamu gak pake helm?
Putri : maaf pak, saya khilaf
Polisi : sini saya lihat STNK kamu
Aku : *nyodorin STNK*
Polisi : Ok, KTP kamu?
Aku : jangan pak, malu, foto KTP saya jelek
Polisi : emangnya saya peduli
Aku : oh jadi bapak gitu, gak peduli lagi sama aku? ok fine pak,
mulai sekarang bapak gak boleh nilang saya! #lah
Itulah awal dari percakapan kami. Rasa takut pun melanda
ketika STNK Dan KTP berada di tangan polisi itu. Di saat dia mau menulis surat
tilang, kami menghalanginya.
Aku : pak jangan ditulis, mohon kali pak. Kami mau kuliah,
udah telat loh pak, dosen nya galak pak, plis pak, pliiiiiiiiiiiiisssss!
Polisi : saya gak peduli, ini soal peraturan negara.
Polisi itu pun menjelaskan UU yang telah kami langgar, aku
lupa entah pasal berapa aja yang dibilangnya. Ah gak penting, wong aku bukan
anak hukum kok haha
Putri : pak tolong kali lah jangan di tilang *narik pulpen
polisi*
Aku : pak, kami udah telat kali loo ini. Astaga pak, bapak
kok tega kali sih?
Aku pernah disaranin sama temenku yang udah sering banget di
tilang. Cuma modal air mata doang, dia bisa lolos. Oke, kali ini saran dia aku
coba. Aku memaksa pikiran buat ingat-ingat kejadian sedih, dan beberapa menit
kemudian mataku mulai berkaca-kaca dan meneteslah air yang merupakan senjataku
itu.
Polisi : eh siapa namamu? Coba minta dulu saya minyak angin,
biar saya oles ke mata saya supaya nangis kayak si kawan ini
Putri : putri pak. Gak ada pak minyak angin, yang ada minyak
wangi. Wanginya bervariasi pak, bapak mau wangi apa? Pokoknya dijamin tahan
lama deh pak wanginya
Putri itu orangnya otak dagang. Jadi, gak salah dalam keadaan darurat
pun dia berdagang ria. Oke abaikan masalah minyak wangi.
Aku : pak, balikin STNK sama KTP nya lah. Bapak gak kasihan
lihat saya?
Waktu itu aku sengaja ngeluarin dompet, agar polisi itu tau
kalo aku gak punya uang. Jadi di dalam dompet itu gak ada uangnya, uangnya aku
simpan di saku celana jeansku. Tuhan masih sayang samaku, dia beri pertanda
buatku untuk nyimpan uang di saku. Kenapa uangnya bisa di saku? Jadi gini,
minyak keretaku udah mau habis, terus aku ke pom bensin dan mengasih uang Rp.
100.000, aku ngisi minyak sebesar Rp.10.000 dan kembaliannya Rp.90.000. gak tau
kenapa aku simpan kembalianku itu di saku, padahal biasanya aku simpan di
dompet. Aku simpulkan, Allah sayang samaku. Makasih ya Allah.
Polisi : coba saya lihat dompet kamu?
Yes! Pancinganku berhasil bro.
Aku : buat apa pak? Uang saya gak ada
Polisi : kamu pikir saya mau minta uang kamu. hah! Uang saya
lebih banyak dari kamu
Sombong amat ni polisi-_-
Aku : Yaudah ini pak *nyodorin dompet*
Polisi : *mengambilnya dan melihat isi dompetku*
Akupun menunggu reaksi yang akan dilakukan polisi itu.
beberapa detik kemudian, dia ketawa.
Polisi : hah! Gak ada duitnya *sambil ketawa ngejek*
Aku : bapak sih gak percaya, kan udah saya bilang kalo uang
saya gak ada *ini masih dalam keadaan nangis loo*
Polisi : kok berani kali ke kampus gak bawa uang?
Aku : namanya saya gak dikasih jajan, gimana mau bawa uang?
Kalo saya ada uang, saya gak naik motor pak, saya naik taxi. Biar bapak tau.
Gara-gara gak ada uang inilah makanya saya naik motor ke kampus, gak ada
ongkos loo pak *nangis terseduh-seduh*
Muka polisi itu pun
berubah jadi kasihan, bego ya percaya aja samaku hahahaha
Polisi : kalian mau ini? *goyangin STNK dan KTP*
Aku & Putri : MAULAH PAK!
Polisi : kalian rayulah dulu saya
Hanjrit ini polisi mulai gatal.
Aku : saya gak pande ngerayu pak. Gimana mau ngerayu,
pacaran aja belum pernah *nangis sekencang-kencangnya*
Polisi : gaya kamu gak pernah pacaran? Apa iya?
Aku : iya loo pak. Cemana mau punya pacar, yang mau sama
saya aja gak ada.
Polisi : saya mau sama kamu.
Saat dia bilang gitu, aku langsung nyebut
“Astaghfirullahaladzim”.
Aku : pak, bapak gak boleh gitu. Istri bapak kan ada, entar
saya dijambak-jambaki istri bapak
Polisi : eh kita ini kan pengikut rasulullah. Jadi gak salah
dong saya punya istri lebih dari Satu.
Aku : *berdoa minta pertolongan sama Allah*
Polisi : eh, kamu udah nikah?
Putri : belom lah pak.
Polisi : terus kok pake cincin segala? Banyak banget emas
yang kamu pake, gak takut dirampok?
Putri gitu orangnya, suka pake perhisan. Kalau semua badan
bisa ditempel pake emas, mungkin dia udah ngelakuin dari dulu
Aku : pak, kita bahas apa sih? Tolonglah pak jangan bahas
yang lain. Ini masalah waktu pak. Kami udah telat pak. TELAT!
Polisi : kalo kamu, saya percaya belum nikah. Gak ada
cincinnya sih hahaa
Aku : pak, tolong jangan bully saya! Saya orang miskin pak,
ongkos aja gak dikasih cemana mau beli cincin?
Polisi : oke nanti saya belikan kamu
Aku : *pingsan di tempat*
Pelan-pelan aku tarik STNK dan KTP ku dari tangan polisi
itu. sampai di penghujung tarikan, polisi itu menahannya. SIAL!
Polisi : eh, apa kamu narik-narik?
Kalian tau gak? Kalo gak, ya ini aku kasih tau. Polisi itu
megang jari aku. gila ya!!! Karena takut, aku langsung narik tanganku. Dan
ternyata STNK dan KTP nya dapat. Oke, tinggal kunci keretanya yang sama dia.
Polisi : kalian mau ini lagi kan? *goyangin kunci*
Aku & Putri : MAULAH NJIR, eh PAK!
Polisi : kalian rayu lagi lah saya.
Aku benar-benar emosi saat itu. Dengan terpaksa aku ngerayu dia. Kira-kira
begini rayuanku.
Aku : bapak udah sarapan?
Polisi : belum *sambil senyum-senyum babi*. Kenapa? Mau ngajakin?
Aku : ya enggaklah, saya aja belum sarapan masa ngajkin
bapak. Hih!
Polisi : yaudah kalo gitu kita sarapan aja dulu yok Putri,
intan.
Aku : pak, kami mau kuliah. Udah telat, gak sempat sarapan.
Jadi mohon maaf lahir bathin lah, kalo mau bapak aja yang sarapan.
Putri : iya pak, kami udah telat kali ini. Dosen kami kejam
kali loo pak
Polisi : tapi lontong di dekat situ enak loo.
Ini polisi apa mau nya sih? -__-
Kami berdua menggelengkan kepala, pertanda tidak mau.
Polisi : kalo gak nanti siang aja kita makan, sekalian makan
siang. Didekat kampus kalian ada tempat makan enak,. Menu
nya banyak, pokoknya sedaplah. Habis makan kita karaokean entah dimana gitu.
Muke gile ni polisi biadab. Ngajakin kami karaokean? Emang
kami cewek apaan? Sumpah ngeselin deh.
Polisi : ini nih tulis nomor hp kalian *nyodorin surat
tilang*. Eh udah, kamu jangan nangis gitu, gak enak dilihat orang, ntar
dikiranya entah diapain disini *ngeluarin sapu tangan*
Aku : bapak mau ngapain?
Polisi : ngelapin air mata kamu lah
Aku : eh gak usah pak, apanya bapak ini
Polisi : gak papa sini!
Aku : eh eh enggak usah pak, ntar sapu tangan bapak kotor
Polisi : kalo kotor ya dibuang terus aku beli lagi lah
Itu polisi benar-benar sombong ya
Aku : udah pak, saya lap sendiri aja
Polisi : kamu mau saya tilang apa gak?! *dia mulai ngancam*
Aku : *pasrah*
Setelah dia ngelaqp air mataku, dia tersenyum, seakan-akan
mau mengajak berumah tangga. Ini ngefuckin kali loo!!! MENJIJIKKAN SUMPAH!!! Dia langsung memberi
kunci kereta samaku. Aku ya senang, akhirnya gak jadi di tilang. Yes! Yes! Yes!
180x. Adegan ngelap air mata pun selesai, dan sekarang lanjut ke adegan
bersalam-salaman seperti hari raya. kami salamin tangan polisi bejat itu
sebasgai tanda terima kasih, dan akhirnya kami pergi dari pos polisi itu. aku
dan putri menghela napas, sambil berkata “THANK’S GOD! Engkau sudah melindungi
kami dari polisi mesum itu!” oh iya, adegan nangis itu boleh kalian coba loo
guys, dijamin ampuh, tapi gak berlaku buat cowok ya~
Jumat, 13 Juni 2014
Sia-Sia
Ku dapati sosok yang sangat ku rindukan selama ini. Ketika
ku menyapanya, dia pun membalas dengan senyuman yang membuat jantung ini
berdebar tak karuan. Kita pun beranjak pergi dari tempat itu dan mulai mencari
tempat yang teduh untuk mencurahkan cerita kita setelah tak berjumpa
selama 4 tahun lamanya, di karenakan dia
melanjutkan kuliah di sebuah negara yang berbeda. Namun, di sela-sela ceritanya, 1 hal yang
membuatku menjadi tak bersemangat. Ternyata dia sudah memiliki kekasih yang di
tinggalnya beberapa hari untuk menemuiku di kota ini. Saat itu ingin sekali aku
meneteskan sebulir air mata, aku menahannya agar tak keluar. Namun sial, air
mata ini tak dapat tertahankan, dan bodohnya kenapa dia menyeka air mata ini
dengan jarinya? Aku tak dapat berkata apa-apa saat itu, yang aku lakukan hanya
menangis pilu sambil menatap kedua mata yang merasa bersalah di hadapanku.
Gimana bisa aku tak menangis? Sedangkan dulu, dia pernah berjanji untuk
bersamaku di kemudian hari nanti. Selama ini aku menunggu kehadirannya, selama
ini aku menutup hati untuk orang lain hanya untuk dengannya, selama ini aku
berusaha menentang rindu yang hadir di sela-sela malamku. Tapi kini semua hanya
angan-anganku saja. Kesetiaanku menunggu selama ini seperti dicampakkan ke
dasar lautan yang dalam, sangat dalam. Dan kini aku hanya bisa menangis dan
menanti kapan aku mampu untuk melupakannya.
Sesungguhnya PDKT Itu Penipuan
Hai yang gak sengaja baca tulisan gak penting ini, gimana kabar? Terutama
hati, baik? Semoga baik ya, dan yang tidak baik segeralah di perbaiki hehe.
Kali ini aku mau membahas tentang “GEBETAN”.
Menurut aku gebetan itu seseorang yang kita taksir dan berkeinginan
untuk bisa dekat dengan doi. Dan untuk mendekatinya itu dibutuhkan suatu
proses, yaitu PDKT. Coba aja ya PDKT itu gak ada, pasti abege abege sekarang
itu gak banyak yang ketipu. Heran apa maksudnya ketipu? Jadi gini, biasanya
awal PDKT itu kebanyakan cowok gak jadi diri mereka sendiri. Misalnya udah
janjianlah ceritanya sama si doi untuk dinner di café, si cowok malah minjem
motor temennya untuk ngajak si doi. Dikarenakan motor temennya itu lebih keren
daripada punya dia, jadi dari pada si doi keburu gak mau mending usaha minjam
motor temen dulu deh. Itu baru yang pertama. Yang kedua, setelah dinner sukses
dan pembayaran akan dilaksanakan, si cowok dengan tampang enteng seperti gak
ada beban ngeluarin dompet, biar dikira banyak duit gitu. Padahal aslinya rokok
aja sering minta sama temen, tapi demi doi apapun dilakukan . Ketiga, setelah
usaha –usaha sebelumnya sukses, barulah si cowo ngisi pulsa buat paket bm’an
dan internet, padahal biasanya hp nya itu cuma buat sms doang, itupun
kebanyakan inbox dari operator haha miris emang kalo jomblo gitu
Kamis, 08 Mei 2014
Kau Jahat! Aku Menyesal Telah Mengenalmu!
Berawal dari pertemuan itu kau seperti memberi harapan untukku. Mulai dari gaya bicaramu yang menurutku sangatlah manis, tawamu yang membuatku merasa senang,candamu yang sangat membuatku tak ingin jauh darimu, sikap perhatianmu yang mampu membuatku seperti melayang ke awan dan terakhir kecupan yang kau daratkan di tangan kananku dan menurutku itu sangatlah romantis. Selama seminggu aku mendapatkan itu semua dan bodohnya waktu itu aku sangat yakin kalau aku akan mendapatkan itu untuk seterusnya. Tapi ternyata aku salah, kini semua itu enyah entah dimana. Aku seperti wanita yang sangatlah bodoh, sangat bodoh!
Entahlah!
Kau selalu menyakitiku, membuatku menangis dan membuatku menjadi seperti tak terarah. Tapi semua yang kau lakukan padaku itu sangat mudah kumaafkan dan kulupakan. Begitu baiknya aku kepadamu, sampai-sampai aku melupakan apa yang kau perbuat, walaupun itu menyakitkanku.
Rasa kecewa sudah biasa aku rasakan. Rasa sedih sudah tak asing lagi bagiku. Sampai air matapun bosan untuk mengalir di pipiku. Namun, ada satu yang kurang dan mungkin itu tak pernah ku dapatkan, yaitu sesuatu yang sangat sulit untukku ungkapkan.
Aku bahagia jika kamu menatapku dengan kedua matamu yang membuat terpanah bila ku menatapnya. Aku bahagia jika kau memberikan senyum yang menurutku manisnya melebihi segalanya. Aku bahagia jika kau menyapaku dengan suara yang membuatku semakin menggilaimu. Tapi apa mungkin kebahagiaan itu akan menjadi nyata untukku? Entahlah, aku saja tidak tahu akan bagaimana aku nanti, karena hati ini belum bisa terbuka untuk yang lain. Begitu setia atau bodohkan aku? Entahlah!
Rasa kecewa sudah biasa aku rasakan. Rasa sedih sudah tak asing lagi bagiku. Sampai air matapun bosan untuk mengalir di pipiku. Namun, ada satu yang kurang dan mungkin itu tak pernah ku dapatkan, yaitu sesuatu yang sangat sulit untukku ungkapkan.
Aku bahagia jika kamu menatapku dengan kedua matamu yang membuat terpanah bila ku menatapnya. Aku bahagia jika kau memberikan senyum yang menurutku manisnya melebihi segalanya. Aku bahagia jika kau menyapaku dengan suara yang membuatku semakin menggilaimu. Tapi apa mungkin kebahagiaan itu akan menjadi nyata untukku? Entahlah, aku saja tidak tahu akan bagaimana aku nanti, karena hati ini belum bisa terbuka untuk yang lain. Begitu setia atau bodohkan aku? Entahlah!
Hup
Disini perihku terukir.
Disaat kehadiranku diabaikan.
Sebenarnya aku gak mau seperti ini.
Tapi hati inilah yang menuntun aku agar aku berada di posisi ini.
Hari berganti hari.
Bulan berganti bulan.
Dan sebentar lagi tahunpun akan ikutan berganti.
Tetapi aku sama sekali gak bisa menggantikan posisimu di hati ini.
Wajah dan namamu selalu membayangi pikiranku
Rabu, 07 Mei 2014
I Miss SHS
Tak ada kenangan indah selain di masa SMA. Ya, ku akui kalau aku gak bisa melupakan kenangan di masa-masa kita tumbuh menjadi pribadi yang dewasa. Di masa itu juga hal-hal aneh terlewati dengan meninggalkan memori manis yang sampai saat ini tak bisa terlupakan. Di masa itu juga kita berteman dengan akrabnya, berbagi cerita satu sama lain, tertawa bersama, sampai menangispun sudah sering kita lalui bersama.
“Ada cerita tentang aku dan dia, saat kita berduka saat kita tertawa”.
Kamis, 20 Februari 2014
Penantian
Mungkin
aku hanya cuma bisa menanti tanpa merasakan kehadirannya disini.
Penantian yang cukup lama untuk aku nanti.
Penantian yang tak ku ketahui kapan akan berakhirnya.
Penantian yang cukup lama untuk aku nanti.
Penantian yang tak ku ketahui kapan akan berakhirnya.
Disini
aku hanya bisa bersabar untuk mendapati kebahagiaan yang kuingini.
Sesulit inikah untuk mendapatkan itu semua?
Ya, bagiku itu sangat sulit.
Aku rela berkorban hati dan pikiran hanya untuk dirinya.
Sesulit inikah untuk mendapatkan itu semua?
Ya, bagiku itu sangat sulit.
Aku rela berkorban hati dan pikiran hanya untuk dirinya.
Dirinya
yang selalu mengabaikan kehadiranku.
Dirinya yang tak mengerti dengan keadaanku.
Dirinya yang sangat susah untuk ditebak.
Dirinya yang begitu dingin bila ku menyapanya.
Dirinya yang gak pernah luluh akan sikapku.
Dirinya yang sangat berarti bagi kehidupanku.
Aku memang gak sesempurna wanita yang kau inginkan.
Tapi aku akan mencoba menyempurnakan kebahagiaanmu dengan diriku.
Dirinya yang tak mengerti dengan keadaanku.
Dirinya yang sangat susah untuk ditebak.
Dirinya yang begitu dingin bila ku menyapanya.
Dirinya yang gak pernah luluh akan sikapku.
Dirinya yang sangat berarti bagi kehidupanku.
Aku memang gak sesempurna wanita yang kau inginkan.
Tapi aku akan mencoba menyempurnakan kebahagiaanmu dengan diriku.
Diriku
yang selalu kau sia-siakan.
Diriku yang selalu kau acuhkan.
Diriku yang selalu tak kau pedulikan.
Diriku yang selalu kau buat sedih.
Diriku yang sesalu bertahan walaupun kau sakiti.
Diriku yang tak akan pernah berhenti untuk menyelipkan namamu didalam doaku.
Diriku yang selalu kau acuhkan.
Diriku yang selalu tak kau pedulikan.
Diriku yang selalu kau buat sedih.
Diriku yang sesalu bertahan walaupun kau sakiti.
Diriku yang tak akan pernah berhenti untuk menyelipkan namamu didalam doaku.
Cerpen "Anak-Anak Berhati Malaikat"
Panas terik matahari
yang membakar kulit di tubuh mungilmu pun kau hiraukan. Baju dan celana
yang bernoda kecoklatan yang membungkus tubuhmu pun terlihat lusuh. Sandal yang
sudah tak layak dipakai kini malah kau jadikan pelindung telapakmu di panasnya
aspal jalanan itu. Ingin sekali aku memanggilmu dan menyuruhmu pulang saja.
Tetapi apa dayaku untuk menyuruhmu seperti itu? sedangkan aku saja tak tahu
akan tinggal dimana sekarang. Ya nasibku emang tak baik hari ini. Setelah
bebarapa menit aku sampai di sebuah stasiun kereta api di salah satu kota yang
mau aku tumpangi untuk mengadu nasib, semua barang-barang berhargaku dijambret
dan sialnya penjambret itupun tak terkejarkan oleh orang –orang sekitar. Kini
aku hanya membawa diri dan pakaian yang melekat di tubuh kurus ku ini.
Kesunyian Yang Damai
Sunyi itu temanku sehari-hari.
Di kesunyian ini aku memahami arti kedamaian.
Sunyi tak berarti kesepian.
Sunyi merupakan suatu tempat yang disana Cuma ada 1 atau 2
orang saja.
Aku suka kesunyian, karena menurutku itu suasana yang sangat
nyaman, damai & tentram.
Setiap malam aku mencurahkan isi hatiku di kesunyian ini.
Setiap malam aku
sediit menumpahkan air mataku di kesunyian ini.
Sampai kapankah
kesunyian ini akan berakhir?
Jangan!
Jangan sampai kesunyian ini berakhir!
Karena dengan kesunyian inilah aku bisa meluapkan isi hatiku
yang aku pendam dalam hati, tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Allah dan
Malaikatnya.
Cinta Apa Adanya Bukan Ada Apanya
Gak semua cowok yang bisa nerima kekurangan ceweknya.
Ada cowok yang gak mau lihat ceweknya kebanyakan makan
karena takut ceweknya gemuk
Dan ada juga cowok yang membiarkan ceweknya makan sesuka
hatinya karena dia memang benar-benar mau menerima apa adanya cewek itu tanpa
takut kalau cewek itu nantinya gemuk.
Aku salut kalau ada cowok yang menerima apa adanya seperti
itu.
Jarang sekarang cowok kayak gitu, bahkan mungkin Cuma 1 atau
2 orang saja.
Soalnya sekarang ini hamper semua cowok yang aku lihat
mencari cewek modal penampilan.
Mereka hanya melihat cewek dari fisiknya doang.
Kalau kira-kira cewek itu sexy, langsing, putih, mulus ya
dijadikan terus.
Cerpen "Cinta Tidak Memandang Usia"
Saat itu
aku sedang menghadiri pesta ulang tahun teman SMP ku. Disana banyak banget
teman-teman sewaktu SMP ku yang datang. Kita saling melampiaskan rasa rindu
yang telah 3 tahun tak pernah ketemu. Kulihat wajah-wajah mereka pun telah
banyak perubahan, makin cantik dan ganteng gitu deh.
“Eh,
Chika?’’, sapa seorang cowok yang wajahnya tak asing lagi bagiku.
“Eh Dimas, apa kabar mas?’’, tanyaku.
“Baik Chik, tambah cantik aja ya sekarang’’, pujinya.
“Lho, bukannya dari dulu aku emang cantik?’’, candaku.
“Iya sih, tapi lebih cantikkan yang sekarang. Oiya, ini Andre Chik, kamu kenal kan?’’
“Eh Dimas, apa kabar mas?’’, tanyaku.
“Baik Chik, tambah cantik aja ya sekarang’’, pujinya.
“Lho, bukannya dari dulu aku emang cantik?’’, candaku.
“Iya sih, tapi lebih cantikkan yang sekarang. Oiya, ini Andre Chik, kamu kenal kan?’’
Cerpen "Kesetiaan si Mantan Pacar"
Perkenalkan, namaku Viona, umur ku mau beranjak
17 tahun. Aku terlahir di dalam keluarga yang cukup kaya dan terpandang,
sehingga orang tuaku disegani hampir semua orang. Menurutku materi itu gak
penting karena yang terpenting bagiku aku punya keluarga yang sangat super
perhatian dan menyayangiku. Papa seorang manager di perusahaan advertising,
sedangkan mama bekerja sebagai designer sekaligus pemilik butik yang terletak
di tengah pusat kota Bandung. Meskipun kehidupan aku begitu, tetapi aku gak
pernah sombong kok, toh aku bisa punya banyak teman yang sayang sama aku. Aku
bungsu dari 2 bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak cowok yang sangat
menyayangiku & selalu membantu aku kalau aku lagi ada masalah.
Cerpen "Kado Anniversary"
Di ujung pintu gerbang sekolah tampak sebuah mobil berwarna
merah yang melaju kencang & di dalamnya tampak seorang cowok tinggi, putih,
ganteng & keren, sebut saja namanya Kevin.dia berlari-lari karena dia sadar
bahwa dia sudah telat. Sesampai di depan kelas, bu Sherly sedang menjelaskan
pelajaran matematika.
“Pagi bu, ma’af saya telat”, kata Kevin.
“Kenapa kamu telat Vin?”, tanya bu Sherly.
“Saya kesiangan bu, soalnya keluarga saya lagi keluar kota dan dirumah gak ada orang dan gak ada yang bangunin saya bu”, jawabnya Kevin menjelaskan.
“Kevin.. Kevin.. (sambil tertawa kecil) baiklah sekarang kamu boleh duduk”.
“Kenapa kamu telat Vin?”, tanya bu Sherly.
“Saya kesiangan bu, soalnya keluarga saya lagi keluar kota dan dirumah gak ada orang dan gak ada yang bangunin saya bu”, jawabnya Kevin menjelaskan.
“Kevin.. Kevin.. (sambil tertawa kecil) baiklah sekarang kamu boleh duduk”.
Kevin pun duduk di bangkunya. Kebetulan Widy (pacar Kevin)
duduk tepat di depannya.
“Hey kok telat sih? Tadi malam kan gue udah ngingetin lo
supaya nyetel alarm & pagi tadi gue juga udah nelfon-nelfon lo tapi gak lo
angkat”, tanya Widy pelan.
“Upss… sorry sayang, tadi malam gue udah ngantuk banget gara-gara kecapekan nyiptain lagu buat lo, jadinya gak teringat lagi buat nyetel alarm, sorry banget ya sayang”.
“Upss… sorry sayang, tadi malam gue udah ngantuk banget gara-gara kecapekan nyiptain lagu buat lo, jadinya gak teringat lagi buat nyetel alarm, sorry banget ya sayang”.
Cerpen "Terima Cinta Apa Adanya"
“Kalau sudah capek, istirahat saja mbak”, kata seorang cowok
disampingku.
“Nggak ah, saya masih kuat kok”, jawabku.
“Tapi mbak kelihatan pucat”, kata cowok itu lagi.
“Sudah, tidak usah perdulikan saya, kamu lari saja sana”.
“Yasudah deh”.
“Nggak ah, saya masih kuat kok”, jawabku.
“Tapi mbak kelihatan pucat”, kata cowok itu lagi.
“Sudah, tidak usah perdulikan saya, kamu lari saja sana”.
“Yasudah deh”.
Tiba-tiba aku pun jatuh pingsan di pinggir lapangan yang
dipakai buat jogging tersebut.
“Mbak, mbak? bangun mbak!”.
Akupun tersadar dari pingsanku dan saat itu aku tidak ingat
lagi apa yanf sebelumnya terjadi padaku sehingga aku bisa pingsan.
“Kamu siapa? Saya ada dimana? Kamu jangan macam-macam sama
saya!”, bentakku ke cowok yang kelihatannya tidak asing lagi bagiku.
“Aku Fikri, kamu sekarang ada dirumahku, aku gak macam-macam sama kamu, sumpah! Aku Cuma nolongi kamu aja”, kata cowok itu meyakinkanku.
“Emang aku kenapa? Dan kenapa aku bisa disini? Aduh, kepalaku sakit sekali”, tanyaku sambil menahan rasa sakit di kepalaku.
“Tadi kamu pingsan waktu jogging. Bentar ya aku telfon dokter dulu buat meriksa kamu”.
“Eh gak usah, sakitnya udah hilang kok”, kataku bohong karena aku paling takut disuntik.
“Eh kamu sudah sadar?”, kata seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke kamar itu.
“Kenalin, ini mamaku”, kata Fikri.
“Alin tante”, kataku sambil menyalami tangannya.
”Panggil aja tante Indri”, ujarnya padaku. “Fikri, kamu telfon Dr. Irgi suruh kemari untuk meriksa keadaan Alin”.
“Aduh tante gak usah, Alin udah baikkan kok”, kataku bohong lagi.
“Tapi wajah kamu oucat sekali”, kata tante Indri khawatir.
“Enggak kok tante, istirahat sebentar juga udah hilang kok pucatnya”.
“Yasudah, rumah kamu dimana? Biar Fikri yang mengantar kamu plang, karena tante khawatir keluarga kamu sibuk nyarikin kamu”.
“Di Jl. Asri tante”, jawabku.
“Fikri, kamu antar Alin pulang ya!”.
“Iya ma, ayo Lin”, ajak Fikri sambil membantuku bangkit dari tempat tidur di sebuah kamar yang cukup besar dan sangat nyaman itu.
“Aku Fikri, kamu sekarang ada dirumahku, aku gak macam-macam sama kamu, sumpah! Aku Cuma nolongi kamu aja”, kata cowok itu meyakinkanku.
“Emang aku kenapa? Dan kenapa aku bisa disini? Aduh, kepalaku sakit sekali”, tanyaku sambil menahan rasa sakit di kepalaku.
“Tadi kamu pingsan waktu jogging. Bentar ya aku telfon dokter dulu buat meriksa kamu”.
“Eh gak usah, sakitnya udah hilang kok”, kataku bohong karena aku paling takut disuntik.
“Eh kamu sudah sadar?”, kata seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke kamar itu.
“Kenalin, ini mamaku”, kata Fikri.
“Alin tante”, kataku sambil menyalami tangannya.
”Panggil aja tante Indri”, ujarnya padaku. “Fikri, kamu telfon Dr. Irgi suruh kemari untuk meriksa keadaan Alin”.
“Aduh tante gak usah, Alin udah baikkan kok”, kataku bohong lagi.
“Tapi wajah kamu oucat sekali”, kata tante Indri khawatir.
“Enggak kok tante, istirahat sebentar juga udah hilang kok pucatnya”.
“Yasudah, rumah kamu dimana? Biar Fikri yang mengantar kamu plang, karena tante khawatir keluarga kamu sibuk nyarikin kamu”.
“Di Jl. Asri tante”, jawabku.
“Fikri, kamu antar Alin pulang ya!”.
“Iya ma, ayo Lin”, ajak Fikri sambil membantuku bangkit dari tempat tidur di sebuah kamar yang cukup besar dan sangat nyaman itu.
Setelah sampai dihalaman rumah Fikri, Fikripun membantuku
lagi masuk kedalam mobilnya dan akupun berpamitan pulang pada tante Indri.
“Makasih ya udah nolongi aku, aku gak tau kalau tidak ada
kamu mungkin aku ntah udah dimana”.
“Sama-sama Lin”, jawab Fikri sambil menyetir mobilnya. “Oiya, kamu kenapa kok semangat amat larinya? Sampai-samapai wajah kamu pucat, kamu tidak mau istirahat”.
“Hem”, jawabku bingung.
“Yasudah, kalu tidak mau cerita juga gak papa kok”.
“Aku malu cerita ke kamu”.
“Malu? Kenapa harus malu? Udah tenang aja aku gak bakalan ledekin kamu kok”.
“Janji?”.
“Janji!”.
“Jadi gini, saat ini aku pengen balikan sama mantan aku. Dan kemaren aku bilang ke dia kalau aku masih sayang sama dia. Dan dia pun bilang kalau dia masih sayang juga sama aku. Lalu lama-kelamaan sms’an, dia malah ngajak aku jogging. Katanya biar lemak di badan aku hilang. Yaudah aku jigging aja, walaupun aku gak kuat untuk lari”.
“Sampai segitunya Lin?”.
“Tuh kan kamu ngeledek”.
“Enggak loo, aku gak ngeledek. Tapi aku heran aja lihat kamu. kamu seharusnya sadar Lin, dia itu gak nerima kamu apa adanya”.
“Maksudnya?”
“Masa kamu gak ngerti. Seharusnya ya kalau dia sayang sama kamu, dia pasti nerima keadaan kamu yang sekarang. Bukan malah nyuruh kamu untuk diet segala. Lagian kamu juga gak terlalu gendut kok”.
“Ya mungkin dia malu Fik jalan sama aku”.
“Nah, itu dia. Berarti dia gak benar-benar sayang sama kamu”.
“Jadi aku harus gimana?”.
“Ya terserah kamu mau gimana. Yang oasti aku udah ingatin kamu”.
“Sama-sama Lin”, jawab Fikri sambil menyetir mobilnya. “Oiya, kamu kenapa kok semangat amat larinya? Sampai-samapai wajah kamu pucat, kamu tidak mau istirahat”.
“Hem”, jawabku bingung.
“Yasudah, kalu tidak mau cerita juga gak papa kok”.
“Aku malu cerita ke kamu”.
“Malu? Kenapa harus malu? Udah tenang aja aku gak bakalan ledekin kamu kok”.
“Janji?”.
“Janji!”.
“Jadi gini, saat ini aku pengen balikan sama mantan aku. Dan kemaren aku bilang ke dia kalau aku masih sayang sama dia. Dan dia pun bilang kalau dia masih sayang juga sama aku. Lalu lama-kelamaan sms’an, dia malah ngajak aku jogging. Katanya biar lemak di badan aku hilang. Yaudah aku jigging aja, walaupun aku gak kuat untuk lari”.
“Sampai segitunya Lin?”.
“Tuh kan kamu ngeledek”.
“Enggak loo, aku gak ngeledek. Tapi aku heran aja lihat kamu. kamu seharusnya sadar Lin, dia itu gak nerima kamu apa adanya”.
“Maksudnya?”
“Masa kamu gak ngerti. Seharusnya ya kalau dia sayang sama kamu, dia pasti nerima keadaan kamu yang sekarang. Bukan malah nyuruh kamu untuk diet segala. Lagian kamu juga gak terlalu gendut kok”.
“Ya mungkin dia malu Fik jalan sama aku”.
“Nah, itu dia. Berarti dia gak benar-benar sayang sama kamu”.
“Jadi aku harus gimana?”.
“Ya terserah kamu mau gimana. Yang oasti aku udah ingatin kamu”.
Saat itupun kami terdiam, sampai akhirnya aku menyuruh Fikri
berhenti tepat di depan rumahku.
“Makasih banyak Fik. Baru kali ini aku ketemu cowok sebaik
kamu”.
“Haha lebay kamu Lin. Yasudah sana cepetan masuk terus langsung istirahat”.
“Iya Fik, kamu hati-hati ya”.
“Haha lebay kamu Lin. Yasudah sana cepetan masuk terus langsung istirahat”.
“Iya Fik, kamu hati-hati ya”.
Akupun turun dari mobil Fikri dan kemudian mobil Fikri
berlalu dari hadapanku. Saat itu kepalaku sangat pusing dan perutku sangat
sakit.
“Aduh, sakit sekali perutku”, batinku dalam hati.
“Alin, dari mana saja kamu?”, tanya mama tiba-tiba.
“Hmm hmm dari rumah teman ma”.
“Kenapa kamu gak bilang sayang? Mama khawatir sama kamu. tadi mama nelfoni kamu berkali-kali tetapi tidak kamu angkat”.
“Maaf ma, BB nya Alin silent”.
“Kamu kok kelihatan lesu dan pucat sayang? Kamu sakit?”, tanya mama yang semakin khawatir.
“Enggak kok ma, mungkin karena kecapekan aja. Ma, Alin ke kamar dulu ya”.
“Iya sayang, kamu jangan tidur lama-lama ya, ingat besok sekolah”.
“Iya ma”, teriakku dari dalam kamar.
“Alin, dari mana saja kamu?”, tanya mama tiba-tiba.
“Hmm hmm dari rumah teman ma”.
“Kenapa kamu gak bilang sayang? Mama khawatir sama kamu. tadi mama nelfoni kamu berkali-kali tetapi tidak kamu angkat”.
“Maaf ma, BB nya Alin silent”.
“Kamu kok kelihatan lesu dan pucat sayang? Kamu sakit?”, tanya mama yang semakin khawatir.
“Enggak kok ma, mungkin karena kecapekan aja. Ma, Alin ke kamar dulu ya”.
“Iya sayang, kamu jangan tidur lama-lama ya, ingat besok sekolah”.
“Iya ma”, teriakku dari dalam kamar.
Sampai dikamar.
“Astaga! BB ku mana? Kok agak ada? Apa jangan-jangan
ketinggalan di rumah Fikri?”, kataku sambil merogoh-rogoh kantong celana
jeansku.
Ketika Fikri sampai dirumahnya, mamanya pun langsung
menemuinya.
“Gimana Fik? Apa Alin sudah kamu antar sampai dirumahnya?”
“Udah kok ma”.
“Ini mama nemui BB dikamar tamu, mungkin BB nya Alin. Nah, kamu simpan saja dan besok balikin ke Alin”, kata tante Indri sambil menyodorkan BB ke Fikri.
“Oh iya ma, besok sepulang sekolah Fikri kerumah Alin buat ngembaliin BB nya. Hem, Fikri ke kamar dulu ya ma”.
“Udah kok ma”.
“Ini mama nemui BB dikamar tamu, mungkin BB nya Alin. Nah, kamu simpan saja dan besok balikin ke Alin”, kata tante Indri sambil menyodorkan BB ke Fikri.
“Oh iya ma, besok sepulang sekolah Fikri kerumah Alin buat ngembaliin BB nya. Hem, Fikri ke kamar dulu ya ma”.
Di kamar Fikri.
“Ternyata Alin cantik juga ya”, kata Fikri tersenyum sambil
melihat foto Alin yang menjadi wallpaper BB nya Alin.
Karena penasaran dengan isi BB itu, Fikripun melihat koleksi
fotonya Alin bersama teman-temannya. Sampai akhirnya Fikri melihat catatan yang
ada di aplikasi memonya Alin.
“Banyak banget memonya Alin”, batin Fikri.
Dia pun semakin penasaran dengan isi-isi memo itu. dan
akhirnya dia membaca salah satu memo yang membuat hatinya luluh.
Isi memonya :
22-03-2013
Ya Allah aku pengen sekali punya pacar yang menyayangi aku, yang mau nerima aku apa adanya. Aku iri melihat teman-temanku foto berdua sama pacarnya, makan bareng sama pacarnya, dijemput sama pacranya waktu pulang sekolah. Aku pengen seperti itu ya Allah. Tapi aku sadar, mana mungkin ada yang mau sama cewek seperti aku ini. Dari segi fisik, fisikku gak cantik. Dari segi gaya, gayaku biasa aja gak modern seperti cewek-cewek zaman sekarang, dari segi pergaulan, aku gak punya banyak teman. Mana mungkin ada yang mau samaku. Seandainya saja aku bisa punya pacar yang baik, ganteng, dan bisa jagain aku, pasti aku gak akan melepas dia. Aku akan setia sama dia sampai maut yang memisahkan. Semoga saja apa yang aku ingini selama ini terkabuli, amin !
Ya Allah aku pengen sekali punya pacar yang menyayangi aku, yang mau nerima aku apa adanya. Aku iri melihat teman-temanku foto berdua sama pacarnya, makan bareng sama pacarnya, dijemput sama pacranya waktu pulang sekolah. Aku pengen seperti itu ya Allah. Tapi aku sadar, mana mungkin ada yang mau sama cewek seperti aku ini. Dari segi fisik, fisikku gak cantik. Dari segi gaya, gayaku biasa aja gak modern seperti cewek-cewek zaman sekarang, dari segi pergaulan, aku gak punya banyak teman. Mana mungkin ada yang mau samaku. Seandainya saja aku bisa punya pacar yang baik, ganteng, dan bisa jagain aku, pasti aku gak akan melepas dia. Aku akan setia sama dia sampai maut yang memisahkan. Semoga saja apa yang aku ingini selama ini terkabuli, amin !
Fikripun terharu
membaca memo itu.
Keesokan harinya.
“Alin?”, sapa
cowok yang familiar bagiku.
“Fikri? Kamu ngaoain disini?”, tanyaku heran?
“Aku kesini mau jemput kamu sekalian mau balikin BB kamu. ini, udah aku cas, jadi battery nya udah full”.
“Makasih ya Fik. Tapi dari mana kamu tahu aku sekolah disini?”, akupun semakin heran.
“Kemaren aku iseng lihatin foto-foto kamu. terus aku lhat ada foto symbol sekolah gitu dan aku yakin itu pasti nama sekolah kamu. tapi maaf ya Lin, aku udah lancing buka-buka BB kamu”, katanya dengan nada menyesal.
“Aduh gak papa kok Fik. Malah aku mau bilang makasih banget. Mungkin kamu muak dengan kata makasih aku. Tapi Cuma itu yang bisa aku bilang ke kamu. aku jadi merasa gak enak sama kamu, karena aku udah banyak ngerepotin kamu”.
“Biasa aja Lin, aku gak merasa direpotin kok”.
“Oh iya, tadi kamu bilang kamu mau jemput aku? Hmm, sorry ya Fik bukannya aku gak mau, tapi aku udah janjian sama teman-temanku untuk makan siang”, kataku sambil menunjuk teman-temanku.
“Emang kalian naik apa?”, tanya Fikri.
“Angkot! mau naik taxi uang tidak mencukupi Fik hehe”, kataku bercanda.
“Yaudah, ikut sama aku aja yuk. Kebetulan aku juga lapar banget ini”, ujar Fikri.
“Fikri? Kamu ngaoain disini?”, tanyaku heran?
“Aku kesini mau jemput kamu sekalian mau balikin BB kamu. ini, udah aku cas, jadi battery nya udah full”.
“Makasih ya Fik. Tapi dari mana kamu tahu aku sekolah disini?”, akupun semakin heran.
“Kemaren aku iseng lihatin foto-foto kamu. terus aku lhat ada foto symbol sekolah gitu dan aku yakin itu pasti nama sekolah kamu. tapi maaf ya Lin, aku udah lancing buka-buka BB kamu”, katanya dengan nada menyesal.
“Aduh gak papa kok Fik. Malah aku mau bilang makasih banget. Mungkin kamu muak dengan kata makasih aku. Tapi Cuma itu yang bisa aku bilang ke kamu. aku jadi merasa gak enak sama kamu, karena aku udah banyak ngerepotin kamu”.
“Biasa aja Lin, aku gak merasa direpotin kok”.
“Oh iya, tadi kamu bilang kamu mau jemput aku? Hmm, sorry ya Fik bukannya aku gak mau, tapi aku udah janjian sama teman-temanku untuk makan siang”, kataku sambil menunjuk teman-temanku.
“Emang kalian naik apa?”, tanya Fikri.
“Angkot! mau naik taxi uang tidak mencukupi Fik hehe”, kataku bercanda.
“Yaudah, ikut sama aku aja yuk. Kebetulan aku juga lapar banget ini”, ujar Fikri.
Akhirnya aku dan
teman-temanku pun masuk kedalam mobilnya Fikri. Di perjalanan, aku mengenali 3
orang teman-teman dekatku ke Fikri, yaitu Ayu, Sely dan Sisy. Ternyata Fikri
type cowok yang cepat
akrab, belum sampai tujuan saja dia udah tertawa lepas dengan kekonyolan yang dibuatnya dengan teman-temanku.
akrab, belum sampai tujuan saja dia udah tertawa lepas dengan kekonyolan yang dibuatnya dengan teman-temanku.
“Sampai deh”, kata
Fikri sambil memarkirkan mobilnya di depan restaurant.
“Gila ya Fik, kamu ngajak kita kemari? Mau bayar pakai apa? Daun?”, kataku.
“Lho, emang kalian mau makan dimana tadi?”.
“Ya makan ditempat sewajarnya ajalah Fik”, kata Ayu.
“Emang tempat ini gak wajar ya?”, tanya Fikri bingung.
“Mungkin bagi kamu wajar, tapi bagi kami?”, ujar Sisy.
“Udah ah, ayo masuk aja!”.
“Kamu mau kita nyuci piring di dalam?”, tanya Sely ke Fikri.
“Udah jangan banyak tanya, ayo masuk!”.
“Gila ya Fik, kamu ngajak kita kemari? Mau bayar pakai apa? Daun?”, kataku.
“Lho, emang kalian mau makan dimana tadi?”.
“Ya makan ditempat sewajarnya ajalah Fik”, kata Ayu.
“Emang tempat ini gak wajar ya?”, tanya Fikri bingung.
“Mungkin bagi kamu wajar, tapi bagi kami?”, ujar Sisy.
“Udah ah, ayo masuk aja!”.
“Kamu mau kita nyuci piring di dalam?”, tanya Sely ke Fikri.
“Udah jangan banyak tanya, ayo masuk!”.
Fikri memaksa
kami untuk masuk kedalam restaurant mewah itu. akhirnya sampai didalam kami
dipersilahkan duduk oleh pelayan disana. Fikripun memesan makanan dan kami juga
disuruh Fikri memesan makanan juga.
“Ayo kalian
pesan aja apa yang kalian suka”, kata
Fikri enteng.
“Kamu aja deh yang mesanin, kan kamu yang bayar”, ujarku.
“Lho, kok jadi aku? Ya kalian dong yang mesan, kan kalian juga mau makan”.
“Udah kamu aja Fik”, Sely pun ikut bicara.
“Hmm yaudah deh”, katanya sambil menaikkan bahu. “Nasi goring special sama lemon tea nya 5 porsi ya mbak”, kata Fikri ke pelayan itu.
“Kamu aja deh yang mesanin, kan kamu yang bayar”, ujarku.
“Lho, kok jadi aku? Ya kalian dong yang mesan, kan kalian juga mau makan”.
“Udah kamu aja Fik”, Sely pun ikut bicara.
“Hmm yaudah deh”, katanya sambil menaikkan bahu. “Nasi goring special sama lemon tea nya 5 porsi ya mbak”, kata Fikri ke pelayan itu.
Pelayan itu poun
dengan ramah menulis pesanan kami.
“Fik, kamu gak
nyesal kan ajak kita kemari?”, kata Sisy.
“Ya enggaklah, malah aku senang bisa ajak kalian kemari. Anggap saja ini salam pertemanan kita, karena kalian udah bikin aku tertawa lepas di perjalanan tadi”, kata Fikri girang.
“Ya enggaklah, malah aku senang bisa ajak kalian kemari. Anggap saja ini salam pertemanan kita, karena kalian udah bikin aku tertawa lepas di perjalanan tadi”, kata Fikri girang.
***
“Hallo Lin, mala
mini bisa keluar?”, tanya Fikri dari telfon.
“Bisa sih, emang kenapa Fik?”, tanyaku penasaran.
“Yaudah kamu siap-siap aja ya, aku lagi on the way kerumah kamu ini”.
“Bisa sih, emang kenapa Fik?”, tanyaku penasaran.
“Yaudah kamu siap-siap aja ya, aku lagi on the way kerumah kamu ini”.
Tut tut tut,
belum sempat aku bilang iya atau tidak, telfonnya langsung ditutup Fikri.
“Hallo Lin,
keluar dong aku udah di depan rumah kamu ini”, kata Fikri melalui telfon.
Akupun langsung
keluar dan pamitan ke mama untuk pergi. Tumben banget mama ngizinin aku pergi
malam-malam gini. Tapi dengan satu syarat kalau pulangnya jangan kemalaman.
“Malam Alin”,
sapa Fikri ketika aku masuk ke mobilnya.
“Mau kemana sih Fik ngajak aku keluar malam-malam gini?”, tanyaku penasaran tanpa menjawab sapaan Fikri tadi.
“Dinner”, jawabnya singkat sambil tersenyum.
‘What? Dinner?”,
“Kenapa kaget gitu Lin?”
“Gakpapa. Tapi kenapa kamu gak bilang tadi kalau mau ngajak aku dinner. Kalau kamu bilang kan, aku gak bakalan pakai kaos sama celana pendek gini”.
“Emang kenapa kalau kamu pakai kaos sama celana pendek? Gak masalah kok buat aku. Tetap cantik juga dimataku”.
“Haduh Fikri serius deh, jangan bercanda ah, gak lucu tau!”, kataku sok ngambek.
“Gak usah ngambek gitu, jelek!”, ledeknya. “Oh iya mama kamu cantik ya terus baik lagi, sama seperti anaknya”.
“Kamu tahu mama aku?”, tanyaku kaget.
“Ya tau dong”.
“Dari mana kamu tahu?”, tanyaku semakin penasaran.
“Tadi aku ngetuk pintu rumah kamu, eh ternyata mama kamu yang keluar. Yaudah aku langsung minta izin aja sama mama kamu mau ngajak kamu keluar”.
“Pantesan mama kok tumben-tumbenan bolehin aku keluar malam-malam gini”.
“Namanya orang ganteng yang minta izin, ya jelas diizinin lah”.
“Mau kemana sih Fik ngajak aku keluar malam-malam gini?”, tanyaku penasaran tanpa menjawab sapaan Fikri tadi.
“Dinner”, jawabnya singkat sambil tersenyum.
‘What? Dinner?”,
“Kenapa kaget gitu Lin?”
“Gakpapa. Tapi kenapa kamu gak bilang tadi kalau mau ngajak aku dinner. Kalau kamu bilang kan, aku gak bakalan pakai kaos sama celana pendek gini”.
“Emang kenapa kalau kamu pakai kaos sama celana pendek? Gak masalah kok buat aku. Tetap cantik juga dimataku”.
“Haduh Fikri serius deh, jangan bercanda ah, gak lucu tau!”, kataku sok ngambek.
“Gak usah ngambek gitu, jelek!”, ledeknya. “Oh iya mama kamu cantik ya terus baik lagi, sama seperti anaknya”.
“Kamu tahu mama aku?”, tanyaku kaget.
“Ya tau dong”.
“Dari mana kamu tahu?”, tanyaku semakin penasaran.
“Tadi aku ngetuk pintu rumah kamu, eh ternyata mama kamu yang keluar. Yaudah aku langsung minta izin aja sama mama kamu mau ngajak kamu keluar”.
“Pantesan mama kok tumben-tumbenan bolehin aku keluar malam-malam gini”.
“Namanya orang ganteng yang minta izin, ya jelas diizinin lah”.
Akupun tak
menghiraukan pujian Fikri terhadap dirinya. Yang pasti mala mini aku super
duper seneng banget. Baru kali ini ada cowok yang tiba-tiba nelfon aku terus
ngajakin dinner. Aduh aduh merasa seperti memerankan ftv.
“Heh! Jangan
melamun, nanti kesambet baru tau rasa”, kata Fikri mengagetkanku.
“Eh, enggak kok, siapa yang melamun?”, ujarku tersentak.
“Ayo turun, kita udah sampai”.
“Yang benar aja Fik, lagi-lagi kam ajak aku ke tempat kayak gini. Apa kamu gak malu bawa aku ke tempat mewah gini?”, tanyaku sambil menunjuk restaurant yang sama sekali belum pernah aku kunjungi.
“Kenapa harus malu? Ayo ayo turun! Jangan banyak oceh”.
“Eh, enggak kok, siapa yang melamun?”, ujarku tersentak.
“Ayo turun, kita udah sampai”.
“Yang benar aja Fik, lagi-lagi kam ajak aku ke tempat kayak gini. Apa kamu gak malu bawa aku ke tempat mewah gini?”, tanyaku sambil menunjuk restaurant yang sama sekali belum pernah aku kunjungi.
“Kenapa harus malu? Ayo ayo turun! Jangan banyak oceh”.
Kamipun turun
dari mobil dan dengan rasa ragu aku memasuki restaurant yang menurutku
tergolong mewah ini. Ternyata yang aku takuti pun terjadi. Orang-orang yang
berada disana semuanya melihatku. Serasa jadi ratu sejagat semalam. Tapi
nyatanya aku seperti babu yang dibawa oleh anak majikannya untuk membantu dia
memesan makanan.
“Ayo sini
duduk!”, perintah Fikri sambil menarik kursi untukku.
“Makasih Fik”, ucapku pelan.
Gak ada 1 menit, makanan pun mulai datang ke meja kami.
“Makasih Fik”, ucapku pelan.
Gak ada 1 menit, makanan pun mulai datang ke meja kami.
“Lho! Kok cepat
amat datangnya, padahalkan kita belum ada pesan?”, tanyaku heran.
“Udah dimakan aja dulu, aku yakin pasti kamu suka kan?”.
“Dari mana kamu tahu aku suka makanan ini?”, tanyaku sambil menunjuk seafood yang terletak diatas meja nomor 8 itu tetapi Fikri tak menjawabnya.
“Udah dimakan aja dulu, aku yakin pasti kamu suka kan?”.
“Dari mana kamu tahu aku suka makanan ini?”, tanyaku sambil menunjuk seafood yang terletak diatas meja nomor 8 itu tetapi Fikri tak menjawabnya.
Aku merasa malam
itu aneh banget. Apa yang aku inginkan dan semua yang aku suka ada dimalam itu.
Dari mulai ingin dinner sama cowok, makanan seafood, minuman yang berbaur
dengan moccacino dan terakhir menempati meja nomor 8 yang merupakan angka
favoritku.
“Fik, kamu yakin
gak malu ngajak aku kemari? Lihat deh di sekeliling, mereka pada lihatin kita”.
“Cuek aja Lin, lagian kenapa aku musti malu coba? Aku malah bangga bisa ngajak kamu kemari. Gak seperti mereka yang berpenampilan mewah dan glamour karena hanya mau dilihat sempurna sama pacarnya”.
“Cuek aja Lin, lagian kenapa aku musti malu coba? Aku malah bangga bisa ngajak kamu kemari. Gak seperti mereka yang berpenampilan mewah dan glamour karena hanya mau dilihat sempurna sama pacarnya”.
Jawaban Fikri
barusan setidaknya buat aku lega dan tidak risih lagi berada di tempat mewah
itu.
“Fik, jawab
pertanyaanku yang tadi. Kamu tau dari mana aku suka makan seafood?”, tanyaku di
sela kami menyantap makanan.
“Feeling aja, eh ternyata benar kamu suka seafood. Berarti tebakanku gak meleset”, jawabnya girang.
“Aneh ya?”
“Ha? Aneh kenapa Lin?”
“Aneh aja bisa kebetulan gini”.
“Jodoh kai Lin”.
“Ha?”, akupun tersedak mendengar perkataan Fikri barusan.
“Aduh Lin, ini minum cepat!”, perintah Fikri sambil menyodorkan moccacino dingin.
“Feeling aja, eh ternyata benar kamu suka seafood. Berarti tebakanku gak meleset”, jawabnya girang.
“Aneh ya?”
“Ha? Aneh kenapa Lin?”
“Aneh aja bisa kebetulan gini”.
“Jodoh kai Lin”.
“Ha?”, akupun tersedak mendengar perkataan Fikri barusan.
“Aduh Lin, ini minum cepat!”, perintah Fikri sambil menyodorkan moccacino dingin.
Sampai dirumah.
“Hallo, thank’s
for this night Fik, aku senang bisa diajak dinner sama kamu”, kataku melalui
telfon.
“Iya Lin sama-sama, aku juga senang bisa dinner sama kamu. kamu asyik banget anaknya”.
“Ah kamu bisa aja. Yaudah ya Fik aku istirahat dulu. Kamu juga istirahat sana”.
‘Oke, have a nice dream Alin”.
“Iya Lin sama-sama, aku juga senang bisa dinner sama kamu. kamu asyik banget anaknya”.
“Ah kamu bisa aja. Yaudah ya Fik aku istirahat dulu. Kamu juga istirahat sana”.
‘Oke, have a nice dream Alin”.
Tak beberapa lama
kemudian, mantanku yang ngajak jogging itu sms.
0878xxx
“Alin?”
0831xxx
“Iya?”
0878xxx
“Lagi apa? Sombong banget”
0831xxx
“Lagi mau tidur. udah ya aku tidur dulu”.
0878xxx
“Lho, kok cepat banget tidurnya? Biasanya juga begadang”
“Alin?”
0831xxx
“Iya?”
0878xxx
“Lagi apa? Sombong banget”
0831xxx
“Lagi mau tidur. udah ya aku tidur dulu”.
0878xxx
“Lho, kok cepat banget tidurnya? Biasanya juga begadang”
Akupun gak
membalas sms itu lagi. Merasa ilfil juga karena teringat omongan Fikri tentang
mantanku ini. Emang sih ada benarnya apa yang dibilang Fikri waktu itu. Kalau
mantanku itu gak nerima keadaanku sekarang ini.
***
“Alin?”,
terdengar suara cowok yang memanggilku dari arah samping.
“Dimas?”, kataku heran.
“Dimas?”, kataku heran.
Dimas adalah
mantanku yang buat aku jadi pingsan waktu itu.
“Kamu sama siapa
disini?”, tanyanya.
“Sama dia”, aku menunjuk Fikri yang berada di sampingku.
“Ohh, aku kesana dulu ya Lin”, pamitnya.
“Oke”, kataku dengan senyum penuh kemenangan karena aku telah buat dia kalah setelah melihat Fikri yang jauh lebih keren dari dia.
“Sama dia”, aku menunjuk Fikri yang berada di sampingku.
“Ohh, aku kesana dulu ya Lin”, pamitnya.
“Oke”, kataku dengan senyum penuh kemenangan karena aku telah buat dia kalah setelah melihat Fikri yang jauh lebih keren dari dia.
Saat itu kami
lagi berada di acara ulang tahun Sisy. Kebetulan Dimas juga temannya Sisy.
“Siapa Lin?”,
tanya Fikri ingin tau.
“Dia mantan yang aku certain ke kamu Fik”, jawabku.
“Ohh jadi dia mantan kamu yang sok perfect itu Lin?”, tanya Fikri sinis.
“Dia mantan yang aku certain ke kamu Fik”, jawabku.
“Ohh jadi dia mantan kamu yang sok perfect itu Lin?”, tanya Fikri sinis.
Aku gak tau
kenapa Fikri nanyak dengan nada sinis seperti itu. Aku merasa kalau Fikri gak
suka lihat Dimas barusan.
***
“Gaya alay dong
Lin, gue pengen lihat”, kata Fikri disaat kami foto-foto di taman komplek
rumahnya.
“Ah masa alay? Yang kerenan dikit dong!”.
“Kalo emang dasarnya yang difoto gak keren, ya hasilnya pun juga gak bakalan keren Lin”, ledeknya.
“Biarin aja”, balasku.
“Yaudah jangan manyun gitu dong. 1… 2… 3…”, terdengar suara bidikan kamera dari tabletnya Fikri.
“Nah gini kan keren”, ujarku.
“Aku yang keren, kamu enggak!”, ledeknya lagi.
“Ihh Fikri, hobi banget sih ngeledek”, kataku kesal.
“Habisnya lucu kalau lihat kamu ngambek. Tuh tuh jadi jelek gitu kan mukanya”, ledeknya sambil menunjuk-nunjuk mukaku.
“Ah masa alay? Yang kerenan dikit dong!”.
“Kalo emang dasarnya yang difoto gak keren, ya hasilnya pun juga gak bakalan keren Lin”, ledeknya.
“Biarin aja”, balasku.
“Yaudah jangan manyun gitu dong. 1… 2… 3…”, terdengar suara bidikan kamera dari tabletnya Fikri.
“Nah gini kan keren”, ujarku.
“Aku yang keren, kamu enggak!”, ledeknya lagi.
“Ihh Fikri, hobi banget sih ngeledek”, kataku kesal.
“Habisnya lucu kalau lihat kamu ngambek. Tuh tuh jadi jelek gitu kan mukanya”, ledeknya sambil menunjuk-nunjuk mukaku.
Akupun memukul
lengannya.
“Lin, aku mau
ngomong serius sama kamu”.
“Ya ngomong aja”, jawabku enteng.
“Ini soal perasaan. Aku sayang sama kamu Lin”.
“Ya ngomong aja”, jawabku enteng.
“Ini soal perasaan. Aku sayang sama kamu Lin”.
Akupun terkejut
mendengar perkataan Fikri barusan dan aku langsung menatap tajam mata Fikri.
“Aku merasa
nyaman dengan kamu”, sambungnya lagi.
“Fik, aku juga sayang sama kamu”.
“Beneran Lin?”, tanyanya tak percaya.
“Iya Fik, aku merasa kamu itu malaikat aku. Apa yang aku ingini selama ini semuanya dikabuli oleh Tuhan melalui kamu”.
“Maksudnya Lin?”, tanyanya tak mengerti.
“Selama ini aku pengen banget dijemput sama cowok ketika pulang sekolah, diajak dinner, dan foto berdua sama cowok. Dan semua itu aku dapati di kamu”.
“Fik, aku juga sayang sama kamu”.
“Beneran Lin?”, tanyanya tak percaya.
“Iya Fik, aku merasa kamu itu malaikat aku. Apa yang aku ingini selama ini semuanya dikabuli oleh Tuhan melalui kamu”.
“Maksudnya Lin?”, tanyanya tak mengerti.
“Selama ini aku pengen banget dijemput sama cowok ketika pulang sekolah, diajak dinner, dan foto berdua sama cowok. Dan semua itu aku dapati di kamu”.
Fikri hanya
tersenyum manis menatapku.
“Lin, kita jadian
yuk!”.
“Ha?”, tanyaku menaikkan alis.
“Maukan jadian samaku?”
“Aku heran sama kamu, kenapa coba kamu bisa suka sama aku? Aku Cuma cewek biasa dan aku gak cocok sama kamu karena aku bukan type kamu”.
“Alin, aku suka sama cewek itu gak lihat dari luarnya aja tapi aku juga lihat hatinya. Dan aku sangat nyaman kalau lagi sama kamu. itu yang buat aku jadi suka sama kamu. kamu itu istinewa di mataku”, kata Fikri meyakinkanku.
“Ha?”, tanyaku menaikkan alis.
“Maukan jadian samaku?”
“Aku heran sama kamu, kenapa coba kamu bisa suka sama aku? Aku Cuma cewek biasa dan aku gak cocok sama kamu karena aku bukan type kamu”.
“Alin, aku suka sama cewek itu gak lihat dari luarnya aja tapi aku juga lihat hatinya. Dan aku sangat nyaman kalau lagi sama kamu. itu yang buat aku jadi suka sama kamu. kamu itu istinewa di mataku”, kata Fikri meyakinkanku.
Aku terharu
mendengarnya dan aku langsung memeluknya sambil mengeluarkan air mata bahagia.
“Kamu tau Fik?
Aku nyesal ketemu kamu”.
“Lho, kenapa gitu?”, tanya Fikri heran sambil melepas pelukanku.
“Aku nyesal ketemu kamu sekarang, kenapa gak dari dulu aku ketemu sama kamu”.
“Alin.. Alin.. bisa aja ya”, Fikripun tertawa. “Oiya, jawab ajakan ku tadi! Kita jadian yuk!”.
“Ayo!”.
“Lho, kenapa gitu?”, tanya Fikri heran sambil melepas pelukanku.
“Aku nyesal ketemu kamu sekarang, kenapa gak dari dulu aku ketemu sama kamu”.
“Alin.. Alin.. bisa aja ya”, Fikripun tertawa. “Oiya, jawab ajakan ku tadi! Kita jadian yuk!”.
“Ayo!”.
Hari itu
merupakan hari milik kami berdua. Aku sangat senang, ternyata masih ada cowok
yang mau nerima cewek apa adanya. Selama ini aku selalu berfikiran negatif
menilai cowok. Tapi penilaian negatif itu telah terjawab dengan keadaan
malaikatku yaitu Fikri yang akan mewarnai har-hariku sekarang dan nanti.
Aku Bertahan Disini
Aku bertahan disini untuk menunggumu
gak ada satupun orang yang mengerti dengan perasaanku saat ini
bahkan disaat aku sakit seperti ini pun gak ada yang memperdulikan aku
aku sadar, aku hanyalah seorang cewek biasa yang gak akan pernah bisa
mendapatkan orang-orang yang sesuai
dengan keinginanku
aku sadar, aku hanya seorang cewek biasa yang gak akan bisa mendapatkan sosok
cowok yang sempurna
dan aku sadar, aku hanya seorang cewek yang mempunyai khayalan tingkat tinggi
yang mungkin gak akan bisa tercapai
Aku sedih
aku rapuh
aku terpuruk
didalam kegelapan gak ada yang bisa kuandalkan
ketika aku sedih dan aku terbangun
gak ada orang di sekelilingku
padahal aku ingin memeluk dan ingin dipeluk
aku ingin merasakan kehangatan untuk sekali saja
aku pengen merasakan kebahagiaan walaupun aku gak pantas untuk merasakannya
Langganan:
Postingan (Atom)