Rabu, 14 Januari 2015

Move On



Ternyata move on itu gak hanya dengan mantan doang, sama barang atau hal-hal lainnya juga harus move on. Termasuk rumah. Hampir setahun aku tinggal di perumahan Grand Gading Mutiara ini. Emang dari namanya sih keren, pasti kalo orang lain nanya alamatku dan aku jawab seperti itu, mereka mengira kalau aku ini tinggal di tengah kota, padahal tidak. Perumahan ini berada di ujung jalan. kalau mau kemari harus melewati sawah yang ditanami padi dan lapangan semak belukar karena ditumbuhi rumput-rumput liar yang semakin lama semakin tinggi. Tapi sekarang rumput-rumputnya sudah habis di babat, mungkin akan dijadikan ruko atau perumahan juga. Yang jelas sekarang lapangan itu menjadi lapangan bola para anak-anak cowok di sekitar. Lapangan tersebut berada di beberapa meter dari pintu masuk perumahan tempat tinggalku. Rumahku yang sekarang terbilang cukup baru di bangun, karena dari sekian banyak blok, cuma beberapa doang yang satu blok itu rumahnya penuh di tempati. Dan sampai sekarang aku gak punya teman disini, menyedihkan. Yaeyalah gimana mau punya teman, para warga di komplek ini jarang sekali keluar. Dan bisa dinyatakan kalau rumahku cocok untuk dijadikan tempat menenangkan diri bagi teman-temanku yang stress akan masalah. “Ya ampun apa gak tidur siang aja kalo aku tinggal di sini, tenang kali suasananya”, ujar temanku yang bernama Wina. Itu perkataan Wina setelah beberapa menit datang ke rumah, dan itu baru pertama kalinya dia datang. Setelah mengetahui suasana rumahku seperti itu, setiap gak ada kesibukan, dia selalu menyempatkan untuk main ke mari, ya sekedar tidur siang misalnya.
Di tempat tinggalku yang sekarang, pukul 21.00 WIB disini bagaikan pukul 01.00 WIB. Sepi kaliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii -___-. Beda ah sama tempat tinggalku yang dulu. Di tempat tinggalku yang dulu, pukul 01.00 WIB malah seperti pukul 21.00 WIB. Kenapa begitu? Karena tempat tinggalku dulu berada di pinggir jalan dan kalau mau kemana-mana itu dekat, dikarenakan lumayan dekat dengan pusat kota. Terus di sebelah kiri rumahku ada rumah makan yang menjual nasi goreng, mie goreng, martabak telur, dll yang tutupnya sampai larut malam, dan di sebelah kanan rumahku ada warnet yang tutupnya juga sampai larut malam. Udah gitu di depan rumahku, tepatnya di seberang jalan ada sekolah swasta yang cukup terkenal karena pendidikan islaminya yang kuat, namanya MTs Miftahussalam/Darussalam.

Btw, kalau ada foto yang wajahnya distikerin, aku mohon maaf yaa. Soalnya itu belum berhijab, jadinya aurat pada kemana-mana. 


Penampakan nama sekolah Darussalam

Jadi, kalau saatnya siswa-siswi di situ masuk sekolah atau pulang sekolah, pasti jalanan macet, dan itu membuat para pengendara mengklakson kendaraannya. Cukup bising sih, tapi aku gak pernah keganggu, karena pintu rumahku terbuat dari kaca yang tebal dan selalu tertutup hahaha. Jadi, rumahku yang dulu itu ruko berlantai 2. Kami buka usaha salon kecantikan, makanya itu rumahku sering dijadikan tempat foto para pelanggan yang datang, karena kakak-kakakku mendekorasinya dengan rapi. Setiap mereka siap nyalon, pasti selalu foto-foto, biasa cewek gak bakalan mau ketinggalan momen apapun, apalagi waktu lagi cantik-cantiknya. Banyak juga yang sering membawa pacarnya untuk menemani mereka, dan setelah selesai nyalon, pacarnya disuruh mengambil foto mereka. Wahai kalian para cowok yang sering menemani pacar ke salon, 4 kata yang mau aku bilang : “kalian sungguh baik sekali”. Bukan cuma pelanggan kakakku yang suka foto disana, teman-temanku juga suka.
Dulu belum ada C360 dan sejenisnya, jadi foto mereka kusam banget






Sok candid

 Banyak sekali pengalaman yang aku rasakan semenjak tinggal di dalam salon. Aku jadi tahu banyak sifat-sifat orang lain. Aku jadi tahu bagaimana kehidupan di luar, karena banyak dari pelanggan kakakku anak rantauan yang datang ke Medan cuma untuk mengais rezeki dengan cara yang tidak halal. Ya sepertinya tidak perlu aku sebutkan contohnya, karena mungkin sekarang hal itu sudah tidak asing lagi dan orang-orang pasti sudah banyak yang tahu.


Meja kasir salon



Suasana si dalam salon/rumah



Bareng teman-teman SMA

Awal tinggal di rumahku yang baru ini terasa beda sekali. Suara kendaraan yang biasanya meramaikan telingaku jika membuka pintu rumah, kini tak terdengar lagi. Jika tengah malam butuh pulsa, keluar rumah dikit langsung dapat. Jika ada tugas makalah atau ngeprint gitu, ke sebelah rumah pasti  beres. Jika lapar menghampiri, ke sebelah atau jalan ke depan dikit pasti kenyang, karena banyak sekali jajanan anak sekolahan disitu. Aku paling sering beli molen ubi yang enaknya ngangenin, dan bakso towet-towet yang kalau mau beli pasti di ajak cerita dulu sama abang jualannya. Jika bulan Ramadhan tiba, maka nyebrang dikit juga dapat masjid untuk melaksanakan sholat tarawih. Dikarenakan Masjid tersebut berada di samping sekolah Darussalam tersebut. Siswa/i Darussalam dibiasakan untuk sholat berjama'ah di Masjid itu. Jadi tiap waktu Dzuhur atau Ashar telah tiba, maka mereka diarahkan untuk melaksanakan sholat jama'ah disana.Jika butuh pacar karena kurangnya perhatian, makaaaa ah sudahlah. Begitu rindunya aku dengan rumah itu. Setiap rindu, pasti besoknya aku lewat jalan itu dan setelah tepat di depan aku melambatkan laju motorku untuk sekedar melihat rumah itu. sekarang, Ruko yang sudah hampir 4 tahun menjadi salon kecantikan, kini menjadi laundry kiloan.


Halaman Masjid samping sekolah Darussalam


Yang gak bisa aku lupain dari rumah lamaku itu adalah kenangan bersama para  sahabat, teman, gebetan, calon gebetan yang terus-terusan menjadi gebetan, calon pacar yang sampai sekarang gak pernah pacaran sama dia, aahhh pokoknya udah banyak banget yang pernah main ke sana, termasuk mantan. Dari sekian yang pernah singgah di hati ini *ceilaah*, mereka selalu mengungkapkan perasan di depan rumah. Alasan di depan rumah, karena mereka malu kalau masuk. “Ah udah kita di sini aja ya, mau masuk malulah, entar kalau keluar dikira orang abis nyalon”.  Beberapa dari mereka selalu beralasan seperti itu. Apa seperti itu yang dinamakan laki banget? Entahlah, sampai sekarang aku belum pernah menanyakan ke mereka. Terus setelah jadian, pacarannya juga di depan rumah. Bersyukur sekali karena si mantan gak bakalan bisa ngapain-ngapain, palingan cuma pegangan tangan sama ngacak-ngacak rambut doang. Kalo yang lebih dari itu, entar dianya malah di maki sama kiri (tempat makan), kanan (warnet), dan depan rumah (orang yang berlalu-lalang). Setiap malam minggu atau malam-malam biasa teman-temanku juga sering datang beramai-ramai untuk sekedar duduk, makan cemilan, becanda di depan rumah. Dan itu cowok semua. Ya, teman-temanku kebanyakan cowok, bukannya aku kecentilan atau kegatalan karena mainnya sama cowok, bukan. Menurut aku kalau berteman sama anak cowok itu lebih asyik daripada temen cewek. Kalau main sama anak cewek pasti ngebanyakin ngegosip atau cerita tentang cowok gitu, dan itu buat semakin banyak dosa dan gak menambah wawasan *sok sekali Ntan*. Tapi kalau main sama anak cowok, yang ada ketawa mulu, mereka gokil. Thank’s bro atas pertemanan kalian. Emang ngumpul sama teman di depan rumahku yang lama itu seru lah. Kita serua-seruan di halaman kecil depan rumah. Depanan dikit ada pagar yang tingginya sedada orang dewasa, jadi walaupun depannya jalan yang dilalui kendaraan, tapi tetap aman kalau ada anak-anak yang main di situ.


Halaman depan rumah


Dan baru kali ini aku merasakan move on yang benar-benar sulit. Rumah yang aku kira akan selamanya tinggal disitu, kini tak ada aku lagi di dalamnya. Oalaa Intan Intan mana mungkinlah selamanya tinggal disitu, ruko itu kan disewa, pasti harganya semakin lama semakin naik. Kan sayang kalau uang untuk bayarnya cuma untuk membayar sewa doang. Tapi Alhamdulillah sekarang aku udah tinggal di rumah sendiri.  Waktu baru-baru tinggal di sini, aku sering sekali ngeluh karena jauh dari kampus, dari tempat biasa nongkrong, dan dari rumah teman-temanku. Tapi kekesalan itu sirna sudah karena perkataan kakakku seperti ini : “Intan, coba lihat para gelandangan di lampu merah, mereka memanfaatkan taman kota atau ruko orang untuk bermalaman karena gak punya rumah, kasihan.  Kita harus bersyukur, karena kita lebih beruntung dari mereka. Meskipun rumah ini kecil, tapi udah rumah kita sendiri ,Dek. Jangan pernah ngeluh lagi ya, kalau udah terbiasa pasti gak bakalan jauh kok”,  Ujarnya padaku. Setelah mendengar perkataan kakakku itu aku merasa bersalah karena gak mensyukuri apa yang udah diberi Allah terhadapku, udah syukur masih ada tempat tinggal. Aku belajar dari masa lalu. Seasyik apapun suatu hal, pasti akan berakhir, entah itu dengan cara yang baik atau dengan cara yang buruk, tergantung Allah yang memberinya. Dan kemarin Allah telah mengakhiri suasana yang biasa aku rasain, karena kini Dia memberiku suasana yang baru untukku, semoga saja suasana yang saat ini akan lebih baik dari yang lalu-lalu, Amin.

 
       Keindahan senja di rumah baru

           Arena bermain dan taman 

      Penampakan depan rumah baru

  Di sini juga ada lapangan basketnya:p


Ini tulisan tahun lalu. Berhubung Reza Pratama ngadain giveaway dengan tema "RUMAH", yaudah disunting dikit-dikit aja sama ditambahin foto-foto yang di rumah baru. Berharapnya sih menang, tapi itu kehendak Allah dan yang ngadain giveawaynya hehe. Yang mau ikutan bisa baca blognya http://www.rezapratama.com/ :))











1 komentar:

  1. Gokil rumah baru sama rumah lamanya bagus :D, ya itulah setiap rumah pasti ada kelebihan dan kekurangan hehehe, thanks banget intan udah mau ikutan giveaway dari gue :D

    BalasHapus